Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Tifoid Rawat Inap di Salah Satu Rumah Sakit Pemerintah Provinsi Bali dengan Metode Gyssens dan ATC/DDD
Main Authors: | Sukmawati, I Gusti Ayu Nyoman Dyah, Adi Jaya, Made Krisna, Swastini, Dewa Ayu |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University
, 2020
|
Online Access: |
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jfu/article/view/59183 https://ojs.unud.ac.id/index.php/jfu/article/view/59183/35274 |
Daftar Isi:
- Tifoid merupakan permasalahan kesehatan global terutama di negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Kejadian resistensi penggunaan antibiotik pada terapi tifoid dapat terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik serta kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik pada terapi tifoid di salah satu rumah sakit pemerintah Provinsi Bali. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan secara retrospektif yang dianalisis menggunakan metode Gyssens dan ATC/DDD. Data penelitian diambil dari rekam medis pasien periode Januari-Desember 2019 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 total peresepan antibiotik, seftriakson merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan untuk terapi tifoid. Kualitas penggunaan antibiotik sebanyak 40% dinyatakan rasional (kategori 0), sedangkan 60% lainnya tidak rasional (kategori I-VI) yang meliputi penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian (IIB; 5%), penggunaan antibiotik yang terlalu lama (IIIA; 40%), penggunaan antibiotik yang terlalu singkat (IIIB; 5%), terdapat antibiotik lain yang lebih efektif (IVA; 5%), dan terdapat antibiotik lain yang kurang toksik/lebih aman (IVB; 5%). Kuantitas penggunaan antibiotik dinyatakan melebihi standar WHO yaitu pada penggunaan seftriakson sebesar 83,80 DDD/100 patient days; levofloxacin sebesar 27,47 DDD/100 patient days; dan azitromisin sebesar 3,52 DDD/100 patient days. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak rumah sakit sebagai bahan evaluasi dan perbaikan dalam rangka meningkatkan rasionalitas penggunaan antibiotik.
- Typhoid is a global health problem especially in developing countries, one of which is in Indonesia. The incidence of antibiotic resistance in typhoid therapy can occur due to inappropriate use of antibiotics. This study aims to determine patterns of antibiotic use as well as the quality and quantity of antibiotic use in typhoid therapy in one of the provincial government hospitals in Bali. This study was an observational study conducted retrospectively which was analyzed using the Gyssens and ATC/DDD methods. The research data were taken from the medical records of patients in the January-December 2019 period that met the inclusion criteria. The results showed that of the 40 total antibiotics prescribing, ceftriaxone was the most widely used antibiotic for typhoid therapy. The quality of antibiotic use as much as 40% is stated rational (category 0), while the other 60% is irrational (categories I-VI) which includes the use of antibiotics with incorrect interval of administration (IIB; 5%), the use of antibiotics that is too long (IIIA; 40%), the use of antibiotics that are too short (IIIB; 5%), there are other antibiotics that are more effective (IVA; 5%), and there are other antibiotics that are less toxic/safer (IVB; 5%). The quantity of antibiotic use was stated more than WHO standards which includes the use of ceftriaxone at 83.80 DDD/100 patient days; levofloxacin at 27.47 DDD/100 patient days; and azithromycin at 3.52 DDD/100 patient days. The results of this study are expected to be a consideration for the hospital as a material for evaluation and improvement in order to improve the rationality of antibiotic use.