ANALISA DEFORMASI SELAT SUNDA PRA DAN PASCA ERUPSI GUNUNG ANAK KRAKATAU 22 DESEMBER 2018 BERDASARKAN DATA CORS-BIG
| Main Author: | SRI AYU NINGSIH, 1615013002 |
|---|---|
| Format: | Bachelors NonPeerReviewed Book Report |
| Terbitan: |
FAKULTAS TEKNIK
, 2020
|
| Subjects: | |
| Online Access: |
http://digilib.unila.ac.id/65961/1/ABSTRAK%20%28ABSTRACT%29.pdf http://digilib.unila.ac.id/65961/2/SKRIPSI%20FULL.pdf http://digilib.unila.ac.id/65961/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf http://digilib.unila.ac.id/65961/ |
Daftar Isi:
- ABSTRAK ANALISA DEFORMASI SELAT SUNDA PRA DAN PASCA ERUPSI GUNUNG ANAK KRAKATAU 22 DESEMBER 2018 BERDASARKAN DATA CORS-BIG Oleh SRI AYU NINGSIH Selat Sunda merupakan selat yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Pada selat ini terdapat gunung api yang aktif yaitu Anak Krakatau. Pada 22 Desember 2018 Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi dan terjadi longsoran bawah laut sekitar 64 hektar. Berdasarkan kejadian tersebut, maka perlu dilakukannya penelitian mengenai deformasi yang terjadi di wilayah Selat Sunda untuk mengetahui arah, kecepatan serta besar regangan yang terjadi di wilayah tersebut. Penelitian ini berfokus pada perhitungan nilai dan kecepatan pergeseran serta besar regangan menggunakan data pengamatan titik CORS di sekitar Selat Sunda yang dikelola oleh BIG. Pengolahan data menggunakan software GAMIT. Uji statistik bertujuan untuk mengetahui sebelum dan sesudah erupsi Gunung Anak Krakatau, Selat Sunda mengalami perubahan pola pergeseran secara signifikan atau tidak. Hasil penelitian ini yaitu, vektor pergeseran Selat Sunda sebelum erupsi yang dipengaruhi Blok Sunda, dominan ke arah Timur dengan besar pergeseran 6,477 mm/tahun sampai 28,058 mm/tahun, sedangkan yang terbebas dari pengaruh Blok Sunda arahnya beragam, dengan besar pergeseran 6,446 mm/tahun sampai 19,012 mm/tahun. Vektor pergeseran Selat Sunda sesudah erupsi yang dipengaruhi Blok Sunda dominan ke arah Timur, dengan besar pergeseran 14,309 mm/tahun sampai 23,774 mm/tahun, sedangkan yang terbebas dari pengaruh Blok Sunda arahnya beragam, dengan besar pergeseran 3,122 mm/tahun sampai 19,841 mm/tahun. Secara statistik pola pergeseran sebelum dan sesudah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau pada 22 Desember 2018, Selat Sunda tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pola regangan Selat Sunda sebelum erupsi, mengalami proses ekstensi seluruhnya, dengan nilai ekstensi terbesar adalah 0,4594 μstrain, sedangkan sesudah erupsi mengalami proses kompresi seluruhnya, dengan nilai kompresi terbesar adalah -0,6362 μstrain. Kata Kunci: Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau, Deformasi, CORS, GAMIT. ABSTRACT ANALYSIS OF DEFORMATION OF BEFORE AND AFTER ERUPTION OF ANAK KRAKATAU MOUNTAIN 22 DECEMBER 2018 BASED ON CORS-BIG DATA By SRI AYU NINGSIH Sunda Strait is a strait that connects between Java Island and Sumatra Island. In this strait, there is an active volcano, namely Anak Krakatau. On 22 December 2018, Anak Krakatau experienced an eruption and an underwater landslide of around 64 ha occurred. Based on this incident, it is necessary to research the deformation that occurred in the Sunda Strait region to determine the direction, velocity, and magnitude of the strain that occurred in the region. This research focuses on determining the displacement and strain velocity using observation data of CORS points around the Sunda Strait managed by BIG. Data processing using GAMIT software. The statistical test aims to determine whether before and after the eruption of Anak Krakatau Mount, the Sunda Strait experienced a change in shifting patterns significant or not. The results of this study are the vector of the shift in the Sunda Strait before the eruption which is influenced by the Sunda Block, dominantly towards the East with a shift of 6.477 mm / year to 28.058 mm / year, while that which is free from the influence of the Sunda Block the direction varies at each point, with a shift magnitude of 6.446 mm / year to 19.012 mm / year. The shifting vector of the Sunda Strait after the eruption was influenced by the dominant Sunda Block towards the East, with a shift magnitude of 14.309 mm / year to 23.774 mm / year, while those that were free from the influence of the Sunda Block varied in each point, with a shift of 3.122 mm / year to 19.841 mm / year. Statistically, the shift pattern before and after the eruption of Anak Krakatau Mount on 22 December 2018, Sunda Strait did not experience a significant changes. The stretch pattern of the Sunda Strait before the eruption experienced a complete extension process, with the largest extension value being 0.4594 μstrain, while after the eruption it experienced a complete compression process, with the largest compression value being -0.6362 μstrain. Keywords: Sunda Strait, Anak Krakatau Mount, Deformation, CORS, GAMIT.