ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Main Author: | Muhammad Ridlo H., 1620011005 |
---|---|
Format: | Masters NonPeerReviewed Book Report |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.unila.ac.id/65010/1/ABSTRAK.pdf http://digilib.unila.ac.id/65010/2/TESIS%20FULL.pdf http://digilib.unila.ac.id/65010/3/TESIS%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf http://digilib.unila.ac.id/65010/ |
Daftar Isi:
- Ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Labuhan Maringgai mengalami degradasi akibat kegiatan pembukaan lahan tambak dan abrasi air laut. Pada tahun 1990 terjadi abrasi pada areal tambak sehingga menyebabkan garis pantai mejadi maju ke arah daratan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi vegetasi hutan mangrove yang ada di Kecamatan Labuhan Maringgai, kesediaan wisatawan untuk membayar WTP pada objek wisata hutan mangrove Pandan Alas dan faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk membayar jasa lingkungan dalam upaya perbaikan kualitas lingkungan, serta kebijakan yang dapat diterapkan oleh pemerintah dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove agar berkelanjutan dan lestari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis mangrove yang mendominasi pada lokasi penelitian adalah jenis Avicennia marina dan terdapat jenis Rizophora stylosa yang digunakan dalam kegiatan rehabilitasi. Nilai rata-rata WTP Rp 9325/orang. Total WTP pada tahun 2018 yaitu Rp 25.746.325/tahun dan tahun 2019 Rp 101.446.675/tahun. Faktor yang mempengaruhi kesedian pengunjung dalam membayar WTP atara lain: usia, pendapatan dan biaya perjalanan. Beradasarkan analisis kebijakan menggunakan AHP prioritas pengelolaan sebagai kawasan konservasi manjadi alternatif utama dengan nilai (0,382) dilanjut dengan ekowisata (0,313) dan silvofishery (0,305). Kata kunci: mangrove, abrasi, ekowisata, WTP, kebijakan, AHP. ABSTRACT The mangrove forest ecosystem in Labuhan Maringgai Sub-District has been degraded due to the clearing of ponds and sea water abrasion. In 1990, there was abrasion in the pond area, causing the coastline to advance inland. This study aims to determine the condition of the mangrove forest vegetation in Labuhan Maringgai Sub-District, the willingness of tourists to pay WTP at the Pandan Alas mangrove forest tourism object and the factors that influence tourists to pay for environmental services in an effort to improve environmental quality, as well as policies that can be implemented by the government. Managing the mangrove forest ecosystem to make it sustainable. The results showed that the dominant mangrove species in the study area were Avicennia marina and Rizophora stylosa was used in rehabilitation activities. The average value of WTP is IDR 9325 / person. Total WTP in 2018 is IDR 25.746.325 / year and in 2019 IDR 101.446.675 / year. Factors that influence the readiness of visitors in paying WTP include: age, income and travel costs. Based on policy analysis using AHP, management priority as a conservation area becomes the main alternative with a value (0.382) followed by ecotourism (0.313) and silvofishery (0.305). Key words: mangrove, abrasion, ecotourism, WTP, policy, AHP.