STUDI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI SECARA TERPADU BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN DRONE (STUDI KASUS DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN)
| Main Author: | DIPO AKBAR FERDIANSYAH , 1315011036 |
|---|---|
| Format: | Bachelors NonPeerReviewed Book Report |
| Terbitan: |
FAKULTAS TEKNIK
, 2019
|
| Subjects: | |
| Online Access: |
http://digilib.unila.ac.id/56068/1/ABSTRAK.pdf http://digilib.unila.ac.id/56068/5/SKRIPSI%20FULL.pdf http://digilib.unila.ac.id/56068/4/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf http://digilib.unila.ac.id/56068/ |
Daftar Isi:
- Kabupaten Lampung Selatan merupakan Kabupaten yang terletak di bagian Selatan provinsi Lampung yang memiliki berbagai macan destinasi wisata bahari. Namun beberapa destinasi wisata di Lampung Selatan masih belum sepenuhnya terkelola dengan baik oleh pihak pemerintah maupun masyarakat setempat. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui sumberdaya ekowisata bahari di wilayah Lampung Selatan, menganalisis kesesuaian wisata, menghitung daya dukung kawasan, penyajian kawasan ekowisata bahari melalui GIS. Lokasi penelitian di Kabupaten Lampung Selatan. Kajian ini menggunakan metode analisis skoring oleh PUSPAR UGM (2011), indeks kesesuaian wisata (IKW) dan daya dukung kawasan (DDK) oleh Yulianda (2007). Hasil perhitungan IKW untuk kategori objek wisata mangrove di Kecamatan Katibung adalah 72 % (S2 Sesuai) dan terumbu karang di Pantai Belebuk Kecamatan Bakauheni adalah 60% (S2 Sesuai). Hasil perhitungan metode analisis skoring untuk kategori pantai rekreasi di Kabupaten Lampung Selatan beragam dengan kategori Sesuai (S1) seperti Pantai Alau-alau, Pantai Grand Elty, Pantai Kahai serta kategori Cukup Sesuai (S2) pada Pantai Sapenan Pantai Tapak Kera, Pantai Bagus, Pantai Sapenan, dan kategori Tidak Sesuai (S3) seperti Pantai Tanjung Mengkudu, Pantai Tanjung Tuha, Pantai Legun Bawang, Pantai Stegeheni, Pantai Merpati. Hasil perhitungan DDK pada wilayah ekowisata bahari di Lampung Selatan cukup beragam dengan nilai 36 orang/hari untuk wisata Mangrove Sebalang, 42 orang/hari untuk Pantai Embe. Kesimpulan dari penelitian ini adalah objek ekowisata bahari di Kabupaten Lampung Selatan memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan, untuk itu diperlukan partisipasi dan dukungan dari masyarakat setempat bersama dengan pihak pemerintah dengan tetap menjaga kelestarian serta daya dukung kawasan tersebut. Kata Kunci: Ekowisata bahari, Mangrove, Indeks Kesesuaian Wisata, Daya Dukung Kawasan, Geographic Information System ABSTRACT South Lampung Regency is a Regency located in the southern part of Lampung province which has various tiger marine tourism destinations. But some tourist destinations in South Lampung are still not fully managed by the government or the local community. The purpose of this study is to find out the marine ecotourism resources in the South Lampung region, analyze the suitability of tourism, calculate the carrying capacity of the region, present marine maritime ecotourism through GIS. Research location in South Lampung Regency. This study uses the scoring analysis method by PUSPAR UGM (2011), tourist suitability index (IKW) and regional carrying capacity (DDK) by Yulianda (2007). The calculation of IKW for the category of mangrove tourism object in Katibung Subdistrict is 72% (S2 Corresponding) and coral reefs in Belebuk Beach, Bakauheni District are 60% (S2 Corresponding). The results of the calculation of the scoring analysis method for the recreational beach category in South Lampung Regency varied according to the S1 category such as Alau-alau Beach, Grand Elty Beach, Kahai Beach and the Appropriate category (S2) on Sapenan Beach Beach, Tread, Good Beach, Beach Sapenan, and the category Incompatible (S3) such as Tanjung Mengkudu Beach, Tanjung Tuha Beach, Legun Bawang Beach, Stegeheni Beach, Merpati Beach. The results of the calculation of DDK in the maritime ecotourism area in South Lampung are quite diverse with a value of 36 people / day for a Barrier Mangrove tour, 42 people / day for Embe Beach. The conclusion of this study is that marine tourism ecotourism in South Lampung Regency has good potential to be developed, so that participation and support from the local community is needed along with the government while maintaining the sustainability and carrying capacity of the area. Keywords: Maritime ecotourism, Mangroove Tourism Suitability Index, Regional Carrying Capacity, Geographic Information System