KEBIJAKAN PEMBERITAAN TENTANG KENAIKKAN HARGA BBM Analisis Framing Pada Headline Berita Harian Kompas dan Jawa Pos Edisi 28 September - 1 Oktober 2005
Main Author: | Anwar, Syaiful |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2006
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/6447/1/KEBIJAKAN_PEMBERITAAN_TENTANG_KENAIKKANHARGA_BBMAnalisis_Framing_Pada_Headline_Berita_Harian_Kompas_dan_Jawa_PosEdisi_28_September.pdf http://eprints.umm.ac.id/6447/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini berjudul “Kebijakan Pemberitaan Tentang Kenaikan Harga BBM” (analisi framing konstruksi berita kenaikan harga BBM pada head line harian Kompas dan Jawa Pos (edisi 28 September 2005 – 1 Oktober 2005). Diambilnya head line dalam penelitian ini lebih di sebabkan karena intensitas mesing-masing media dalam melakukan penulisan kenaikan harga BBM. Dalam kurun empat hari tersebut baik Jawa Pos maupun Kompas, masih menjadikan head line utama di halaman satu. Sebelum tanggal 28 september 2005, Kompas dan Jawa Pos membuat head line tentang kecelakaan pesawat terbang di Medan, dan tanggal 2 Oktober 2005 Kompas dan Jawa Pos lebih tertarik meliput berita peledakan bom Bali II untuk dijadikan head line, Jumlah berita yang di analisis dalam penelitian ini sebanyak 8 berita. Kompas sebanyak 4 berita dan Jawa Pos sebanyak 4 berita head line. Sedangkan diambilnya dua media cetak yaitu Kompas dan Jawa Pos sebagai obyek penelitian, lebih disebabkan karena kapasitas masing-masing media. Yakni Kompas sebagai media nasional mempunyai karakteristik tersendiri dimana style penulisan berita lebih cenderung apa adanya yang sesuai dengan fakta dan mengambil sumber yang jelas (yang berkompeten terhadap masalah tersebut). Sedangkan Jawa Pos sebagai media dari daerah yang akan melebarkan sayapnya menjadi media nasional, mempunyai karakter yang berbeda dengan Kompas, dimana style penulisan berita cenderung menceritakan peristiwa (dan hal ini yang berpotensi besar terhadap masuknya interpretasi wartawan ke dalam berita). peneliti ingin mengatahui bagaimana media ini mengemas pemberitaan menjelang kanaikan harga BBM. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui bagaimana kebijakan redaksi masing-masing media cetak dalam mengkonstruksi berita tentang kenaikan harga BBM. Penelitian ini menggunakan analisis framing, model Pan dan Kosicki yang merupakan modifikasi dari dimensi operasional analisis wacana Van Dijk. Perangkat yang digunakan untuk menganalisis framing ini adalah sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendokumentasikan berita dari kedua harian, kemudian di analisis secara interpretative oleh peneliti dengan menggunakan perangkat framing yang ada dan disajikan secara diskriptif kualitatif. Metode ini ingin mengetahui cara media saat mengkonstruksi berita atau fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan fakta kedalam bentuk berita agar lebih bermakna, manarik, lebih berarti dan lebih diingat untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektif media. Analisis ini juga ingin mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan saat menyeleksi isu menulis berita. Hasil penelitian dari dua media cetak tersebut (Kompas dan Jawa Pos) adalah kedua media tersebut dalam menurunkan berita tentang kenaikan harga BBM dalam segi sumber informasi, Kompas dan Jawa Pos lebih cenderung mengambil informasi yang bersumber dari pihak pemerintah sedangkan tulisan yang bersumber dari pihak masyarakat terutama yang kontra terhadap kebijakan pemerintah sangat sedikit. Dari segi kode etik jurnalistik, penulisan berita seperti itu kurang sesuai dengan kode etik, karena sumber berita antara yang satu dengan yang lainya tidak berimbang (cover both side). Secara garis besar, style penulisan antara Kompas dan Jawa Pos tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Dari kedua media cetak tersebut, Kompas memiliki style penulisan yang cenderung apa adanya dan sesuai fakta. Sedangkan style Jawa Pos meskipun sesuai fakta tapi dalam menulis berita, lebih cenderung menceritakan peristiwa dan hal ini sangat berpotensi besar memunculkan interpretative wartawan. Meskipun mempunyai perbedaan idiologi, karakter dan kepentingan masing-masing media. Frame yang ditunjukan kedua media tersebut memperlihatkan karakter dari sebuah koran yang berstandart nasional.