RESPON BEBERAPA VARIETAS DAN JUMLAH POPULASI TERHADAP HASIL KEDELAI (Glycine max. L. merril) PADA BUDIDAYA BASAH

Main Author: Agnes Loeryana, Rica
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2006
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/6289/1/RESPON_BEBERAPA_VARIETAS.pdf
http://eprints.umm.ac.id/6289/
Daftar Isi:
  • Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu tanaman yang sangat populer di Indonesia. Menurut Runik (2004), bahwa budidaya basah adalah cara penanaman di atas bedengan dengan memberikan pengairan terus menerus di dalam parit sehingga tanah di bawah perakaran menjadi jenuh air namun tidak menggenang. Keadaan jenuh air berlangsung sesaat sedangkan keadaan kering lebih lama. Dengan budidaya basah lengas tanah berada di sekitar kapasitas lapang. Banyaknya varietas yang muncul tersebut didasarkan pada sifat fisik dan kimia dari kedelai, misalnya pada bentuk kedelai dan ukuran, yaitu termasuk dalam kedelai biji besar, biji sedang atau pada kedelai biji kecil. Jarak tanam pada budidaya kedelai sangat berpengaruh pada kebutuhan tanaman akan sinar matahari (fotosintesis). Jumlah tanaman persatuan luas merupakan salah satu faktor penentu terhadap besarnya produksi yang dapat dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon beberapa varietas dan jumlah populasi terhadap hasil kedelai (Glycine max. L. merril) pada budidaya basah. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan UMM pada bulan Agustus sampai bulan November 2005. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor dan diulang sebanyak 3 kali. Faktor 1 adalah macam varietas, V1: Varietas Wilis, V2: Varietas Burangrang dan V3: Varietas Panderman. Faktor 2 adalah jumlah populasi, P1: 24 tanaman/bedeng, P2: 28 tanaman/bedeng, P3: 32 tanaman/bedeng. Interaksi macam varietas dan jumlah populasi pada budidaya basah terlihat hanya pada peubah tumbuh jumlah daun pertanaman pada umur pengamatan 14 HST. Jumlah daun tertinggi terlihat pada kombinasi perlakuan Varietas Burangrang dengan jumlah populasi 32 tanaman/bedeng. Parameter pengamatan tinggi tanaman pada umur pengamatan 14, 21 dan 28 HST Varietas Panderman memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan varietas yang lain. Sedangkan untuk umur pengamatan 42 HST Varietas Burangrang memiliki nilai yang lebih tinggi. Untuk umur pengamatan 90 HST (saat panen) Varietas Wilis memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan Varietas Burangrang dan Panderman. Pengamatan parameter jumlah bintil akar, pada umur pengamatan 14 HST terlihat bahwa Varietas Wilis memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan Varietas Burangrang dan Panderman. Sedangkan untuk umur pengamatan saat panen terlihat bahwa Varietas Panderman memiliki nilai yang lebih tinggi. Parameter pengamatan jumlah akar pertanaman, pada umur pengamatan 14 dan 21 HST terlihat perbedaan yang sangat nyata, yaitu pada Varietas Wilis memiliki nilai yang tinggi dibandingkan Varietas Burangrang dan Panderman. Sedangkan pada umur pengamatan 90 HST (saat panen), terlihat bahwa Varietas Panderman memiliki nilai yang tinggi. Pengamatan jumlah polong, jumlah polong isi dan hampa, berat polong, berat biji dan berat 100 biji, menunjukkan perlakuan macam varietas memiliki pengaruh yang nyata hampir pada semua parameter pengamatan. Dari hasil yang didapat varietas wilis memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan Varietas yang lain. Terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi perlakuan Varietas Burangrang dengan jumlah populasi 32 tanaman/bedeng pada peubah tumbuh jumlah daun tanaman untuk umur pengamatan 14 HST. Terjadi pengaruh yang nyata pada perlakuan tunggal macam varietas. Perbedaan yang nyata terlihat hampir pada semua peubah tumbuh dan hasil tanaman. Varietas Wilis lebih baik digunakan pada budidaya basah. Jumlah populasi menunjukkan semua peubah tumbuh tidak memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan untuk peubah hasil hanya pada parameter jumlah polong pertanaman yang menunjukkan pengaruh yang nyata dengan jumlah populasi 28 tanaman/bedeng.