HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA

Main Author: NIKE, POPPY ANDRIAS
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2010
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/5183/1/HUBUNGAN_ANTARA_SELF_MONITORING_DENGANPERILAKU_KONSUMTIF_PADA_REMAJA.pdf
http://eprints.umm.ac.id/5183/
Daftar Isi:
  • Majunya pembangunan Nasional Indonesia diiringi dengan tingkat kompleksitas masyarakat yang lebih tinggi, salah satunya adalah secara implicit menyebabkan konsumtif dan daya beli masyarakat bertambah. Kebiasaan dan gaya hidup juga berubah dalam waktu yang relatif singkat menuju kearah yang kian mewah dan berlebihan, misalnya dalam hal penampilan maupun pemenuhan kebutuhan hidup yang lain. Pola hidup ini menyebabkan keadaan ekonomi biaya tinggi, yaitu tingkah laku konsumtif yang cenderung harus mengeluarkan biaya tinggi untuk memenuhi kebutuhannya. Pola konsumtif seperti ini terjadi pada hampir semua lapisan masyarakat, meskipun dengan kadar yang berbeda­beda. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat terutama remaja yang tinggal diperkotaan. Ini dikarenakan remaja di kota­kota besar yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada dan mall sudah menjadi rumah kedua. Terlihat disetiap pusat perbelanjaan atau mall­mall selalu dibanjiri oleh pengunjung yang akan berbelanja atau sekedar jalan­jalan. Tradisi shopping mania atau gila belanja bukan lagi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan tetapi sudah menjadi gaya hidup. Sekalipun tidak ada hal yang dibutuhkan secara mendesak (primer), namun karena sudah menjadi trend, maka individu tetap saja memadati mal­mal untuk membeli apa saja walau tidak dibutuhkan. (Al­Ghifari, 2003: 142). Dengan kodisi tersebut, kemungkinan remaja yang memiliki self monitoring yang tinggi akan cenderung tergoda untuk membelanjakan uang begitu bebasnya demi mencapai kepuasan semata karena keinginan untuk menampilkan diri guna untuk menyesuaikan diri dalam situasi social dengan cara mengkonsumsi barang tanpa memperhitungkan dasar utilitas, fungsi serta manfaat yang berkaitan dengan nilai guna suatu barang. Oleh karena itu, remaja yang memiliki self monitoring yang tinggi cenderung membelanjakan uang secara berlebihan atau cenderung memiliki keinginan untuk memperoleh barang yang tidak dibutuhkan. Mereka cenderung memiliki pengeluaran yang lebih besar hanya untuk memenuhi keinginan mereka dalam menampilkan diri dan menyesuaikan diri dalam situasi social. Namun tidak menutup kemungkinan remaja yang memiliki self monitoring yang rendah memiliki kecenderungan untuk berperilaku konsumtif. Kemungkinan remaja yang memiliki self monitoring yang rendah dapat pula mencari kepuasan semata yang berasal dari diri sendiri. Mereka juga dapat memuaskan keinginan dirinya dengan memiliki suatu barang yang tidak dibutuhkan hanya karena berdasarkan rasa suka dengan barang tersebut. Akan tetapi penyebab perilaku konsumtif dapat lebih diperkuat oleh lingkungan atau petunjuk eksternal dari setiap individu atau remaja. Sedangkan remaja yang memiliki self monitoring yang rendah tidak memperhatikan apa yang diharapkan dan yang diinginkan lingkungannya. Mereka cenderung tidak suka menampilkan diri dalam situasi social dan kurang bisa menyesuaikan diri dalamsituasi social. Mereka lebih cenderung memperkuat mengenai kualitas pribadi mereka sendiri dan apa yang menjadi keinginan mereka sendiri tanpa harus mengarahkan diri apa yang menjadi harapan social. Sehingga kemungkinan untuk berperilaku konsumtif lebih rendah. Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “hubungan antara self monitoring dengan perilaku konsumtif pada remaja”.