MAKNA PEMBANGUNAN DESA WISATA GUBUGKLAKAH OLEH MASYARAKAT (Studi di Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

Main Author: Saadah, Dian Niswatus
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/44363/1/jiptummpp-gdl-dianniswat-50469-1-pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/44363/2/jiptummpp-gdl-dianniswat-50469-2-babi.pdf
http://eprints.umm.ac.id/44363/3/jiptummpp-gdl-dianniswat-50469-3-babii.pdf
http://eprints.umm.ac.id/44363/4/jiptummpp-gdl-dianniswat-50469-4-babiii.pdf
http://eprints.umm.ac.id/44363/
Daftar Isi:
  • Desa Gubugkalakh adalah sebuah desa di Kecamtan Poncokusumo Kabupaten Malang yang telah menjadi desa wisata sejak tahun 2010. Desa Gubugklakah dahulu hanyalah sebagai desa yang dilewati oleh wisatawan-wisatawan yang menuju ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Masyarakat kemudian mencoba menangkap peluang dengan mengembangkan sektor pariwisata melalui pembentukan Ladesta yang secara otomatis telah menstranformasikan identitas Desa Gubugklakah menjadi Desa Wisata Gubugklakah. Usaha yang telah dilakukan Pokdarwis/Ladesta diantaranya memberdayakan masyarakat dengan membangun homestay, mempekerjakan warga menjadi guide wisata ke Bromo, ke lahan petik apel, serta melibatkan warga menjadi guide penjemputan wisatawan dari stasiun menuju lokasi wisata, dan mengkoordinasi jasa transportasi wisata. setelah berdirinya Pokdarwis ini, roda perekonomian Gubugklakah semakin menggeliat. Melalui jenis penelitian deskriptif kualitatif, penelitian berusaha menggali makna pembangunan Desa Wisata Gubugklakah oleh masyarakat. Teknik penentuan subjek dan informan penelitian yaitu purposive sampling dan metode pengumpulan data melalui aktivitas wawancara, observasi, dan studi literatur. Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara deskriptif dengan teori interaksionisme simbolik yang digagas oleh Herbert Blumer. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa makna pembangunan Desa Wisata Gubugklakah oleh masyarakat berbeda-beda. Bagi masyarakat yang merupakan binaan Ladesta memaknai pembangunan desa wisata sebagai peningkatan taraf perekonomian; dan peluang usaha atau lapangan pekerjaan baru, sedangkan bagi masyarakat yang tidak terlibat dalam pengelolaan desa wisata memaknai pembangunan desa wisata sebagai masuknya nilai dari luar; dan semakin banyaknya objek wisata dan usaha baru di desa tersebut. Perbedaan makna yang dihasilkan masyarakat ini menurut Blumer bahwa makna tersebut berasal dari proses interpretasi seseorang terhadap berbagai objek diluar dirinya ketika interaksi berlangsung. Makna tersebut kemudian menjadi dasar dari tindakan manusia terhadap suatu objek.