Daftar Isi:
  • Merariq hanya dapat ditemui di masyarakat Sasak, Lombok,sehingga apabila ada orang yang ingin mengetahui status pernikahan seseorang, orang tersebut cukup bertanya apakah yang bersangkutan telah merari’ atau belum. Proses merariq ini didahului oleh calon pengantin laki-laki harus melarikan atau menculik si gadis tanpa diketahui oleh keluarga si gadis. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan memberitahukan kepada keluarga si gadis bahwa mereka telah menculik si gadis. Mereka beranggapan bahwa anak gadisnya adalah sesuatu yang berharga, jika diminta secara biasa, maka dianggap seperti meminta barang yang tidak berharga. Ada ungkapan yang biasa diucapkan dalam bahasa Sasak: Ara’m ngendeng anak manok baen (seperti meminta anak ayam saja). Permasalahannya adalah bagaimana makna merariq bagi masyarakat sasak di Desa Kuta? Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokmentasi. Setelah dilakukan pemeriksaan dan keabsahannya, data-data tersebut kemudian dianalisis dengan cara penyajian data dan dianalisis. Tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dari data-data yang dianalisis tersebut. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik milik Herbert Blumer. Analisis data sesuai dengan teori interaksionisme simbolik yang dimana herbert blumer mengemukakan terdapat 3 premis yaitu premis yang pertama, yaitu manusia bertindak atas sesuatu berdasarkan makna yang dimiliki oleh sesuatu tersebut, Premis kedua makna dihasilkan/berasal dari sebuah interaksi dengan orang lain, dan premis yang ketiga Ketiga makna dari sesuatu dipegang dan dimodifikasi lewat proses interpretatif yang dilaksanakan oleh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat makna dari merariq ini yaitu : pertama dimaknai sebagai ritual budaya serta adat tradisi, kedua sebagai pembentukan sikap pemberani dan bertanggung jawab kepada laki-laki, ketiga sebagai bentuk penghormatan kepada gadis, kemudian keempat sebagai ajang soildaritas masyarakat, dan yang terakhir kelima sebagai hiburan masyarakat. Dari makna-makna tersebut masyarakat desa kuta terus melakukan merariq ini. Makna merariq ini merupakan hasil dari interaksi dengan orang lain kemudian dari interaksi tersebut di mofikasi lewat penafsiran oleh masyarakat yang mana disini masyarakat menerima akan tradisi merariq ini sehingga terus dilaksanakan dan dilestarikan.