Daftar Isi:
  • Permasalahan seorang pria yang menyukai pria sudah menjadi fenomena nyata pada saat ini, dorongan seksual yang dimiliki seorang gay dianggap menyimpang dari nilai dan tradisi yang ada di masyarakat, seperti halnya relasi seksual yang dilakukan oleh waria dan lesbian, gay juga menghadapi konflik yang sama, bahwa tradisi hubungan sesama jenis belum sepenuhnya dapat diterima oleh masyarakat. Sehingga fokus dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat terhadap keberadaan komunitas gay khususnya yang berada di Kota Malang tepatnya di Kelurahan Polehan Kota Malang dimana disana terdapat sebuah komunitas gay yang bernama Ikatan Gay Malang (Igama). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Labeling Edwin M. Lemert, Menurut Lemert teori labeling adalah penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap atau label dari masyarakat pada seseorang yang kemudian cenderung akan melanjutkan penyimpangan tersebut, masyarakat akan memberikan cap atau label buruk kepada seorang yang dianggap berperilaku menyimpang di tengah masyarakat. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Peneliti menggunakan teknik purposive sample, Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data peneliti menggunakan pengumpulan data, reduksi data, display data dan penggambaran kesimpulan/verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dari 6 subyek masyarakat dan 3 kaum gay yang tergabung dalam Igama dapat dilihat bahwa berkenaan dengan sikap masyarakat terhadap perilaku Homoseks secara umum masyarakat tidak setuju terhadap perilaku homoseksual karena dianggap menyalahi kodrat, tidak sesuai dengan ketetapan awal saat dilahirkan, kelainan dan juga tentang alasan agama yang tidak memperbolehkan perilaku homoseks. Sedangkan sikap masyarakat terhadap Igama warga mengaku setuju saja karena masyarakat menganggap Igama adalah sebuah wadah kaum homoseks yang bermanfaat karena melahirkan kegiatan yang positif. Interaksi sosial yang terjalin antara kaum gay di Igama dan masyarakat sekitarnya berjalan normal seperti biasa meskipun hubungan antara kedua belah pihak tidak terlalu erat karena dirasa sosialisasi Igama dirasa sangat kurang kepada warga sekitar akan tetapi masyarakat tidak terlalu mempermasalahkannya. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah masyarakat menerima saja akan keberadaan Igama karena didasarkan akan keberadaannya yang tidak meresahkan warga, Igama dinilai banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif khususnya tentang pencegahan dan penanganan permasalahan HIV/AIDS, artinya meskipun kaum gay disana memiliki penyimpangan akan tetapi mereka tidak pernah berbuat hal yang mencurigakan, khususnya saat berada di lingkungan masyarakat setempat.