PERTUKARAN SOSIAL DALAM PERKAWINAN ADAT SUMBA SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ( Studi Pada Kampung Adat Tarung, Kecamatan Loli, Kelurahan Sobawawi, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur )
Main Author: | HASAN, ABDURRAHMAN |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/44109/1/jiptummpp-gdl-abdurrahma-47379-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/44109/2/jiptummpp-gdl-abdurrahma-47379-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/44109/3/jiptummpp-gdl-abdurrahma-47379-3-babii.pdf http://eprints.umm.ac.id/44109/4/jiptummpp-gdl-abdurrahma-47379-4-babiii.pdf http://eprints.umm.ac.id/44109/ |
Daftar Isi:
- Sumba merupakan daerah yang memiliki adat istiadat yang cukup unik dalam tradisi perkawinan. Seorang laki – laki yang ingin menikah dengan pasangannya harus mengeluarkan uang dan sejumlah mahar yang sudah di tentukan dalam perkawinan. Adat Sumba, Belis menjadi salah satu kewajiban yang harus di penuhi oleh keluarga laki – laki dan perempuan yang di pertukarkan dalam perkawinan dan menandakan sahnya sebuah ikatan perkawinan, Belis juga membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga akan berdampak pada kesejahteraan keluarga itu sendiri dan membutuhkan waktu yang cukup lama bagi keluarga yang baru melaksanakan perkawinan. Penelitian ini menggunakan metode penelitin kualitatif, dengan teknik - teknik pengumpulan observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisa data dengan cara mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sedangkan metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Peneliti menggunakan teknik purposive dan menggunakan teori Pertukaran Sosial. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa bentuk pertukaran sosial dalam perkawinan adat Sumba sebagai upaya pemenuhan kesejahteraan keluarga. Berdasarkan data yang ditemukan bahwa keluarga subyek pertama merasa terbebani dengan adanya Belis yang di pertukarkan, dan merasa kesulitan pada awal menjalani sebuah hubungan keluarga setelah selesai melakukan perkawinan adat karena sudah mengeluarkan biaya cukup tinggi dalam pembayaran Belis. Sedangkan subyek lain meski mengalami kesulitan dalam proses adat, tetap merasa tidak terbebani dengan adanya Belis yang dikeluarkan dalam perkawinan karena, dalam pembayaran Belis tidak mendapat adanya tuntutan dari keluarga perempuan agar Belis segera di lunasi, dalam pandangan keluarga sejahtera menurut masyarakat kampung adat Tarung adalah tidak menjadikan materi yang berkecukupan sebagai tolak ukur bahwa keluarga bisa hidup sejahtera. Hal terpenting adalah menjaga hubungan sosial antara kedua belah pihak keluarga dan masyarakat kampung adat Tarung itu sendiri. Kesimpulan bentuk Pertukaran Sosial dalam Perkawinan Adat Sumba yaitu Belis yang dipertukarkan mempunyai pengaruh terhadap Kesejahteraan terhadap kedua belah pihak Keluarga diantaranya Kesejahteraan bagi pasangan yang baru menikah, keluarga laki – laki, dan Keluarga pihak perempuan. Saran dari peneliti dengan adanya Belis dalam perkawinan adat Sumba ini adalah Pemerintah bersama para tokoh – tokoh adat perlu melakukan pertemuan dan koordinasi dalam membahas kesulitan yang dialami, demi mendapat solusi yang berkaitan dengan jumlah Belis dan disisi lain masyarakat Sumba dapat mempertahankan kearifan lokal, adat dan budaya yang selama ini di jalankan.