ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 DAU
Main Author: | ANGGRAINI, HERLIN |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2007
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/3674/1/ANALISIS_KEMAMPUAN_BERTANYA_SISWA_MELALUI_PEMBELAJARAN_KOOPERATIF_TIPE_THINK.pdf http://eprints.umm.ac.id/3674/ |
Daftar Isi:
- Kualitas kehidupan sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional (Nurhadi, 2004: 1). Salah satu pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah pendekatan kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa, sehingga banyak memberi peluang pada siswa untuk bertanya dan berbagi pengertian dengan teman kelompoknya. Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-share (TPS) adalah pembelajaran yang mempunyai tiga tahapan, yaitu berpikir (think), berpasangan (pair), berbagi (share). Pembelajaran ini memiliki prosedur yang memberikan kesempatan yang lebih banyak pada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu atau berinteraksi dengan teman. Disamping itu tipe ini relatif sederhana dibanding tipe lain, karena tidak memerlukan banyak waktu untuk mengatur tempat duduk dan menentukan kelompok. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 06 dau, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Data yang diambil adalah data kualitatif yaitu pertanyaan-pertanyaan siswa baik lisan maupun tulisan yang diperoleh saat siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada tahap berpasangan (pair) dan berbagi (share). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-B yang difokuskan pada 6 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS ini kemampuan bertanya siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua pada pertanyaan kognitif tingkat rendah (pengetahuan, pemahaman, penerapan) dari 66,67% menjadi 43,48%, sedangkan pertanyaan kognitif tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi) dari 33,33% menjadi 56,52%. Sedangkan dilihat dari jumlah pertanyaannya, kemampuan bertanya siswa meningkat dari 36 pertanyaan menjadi 46 pertanyaan.