IDENTIFIKASI PROBLEMATIKA GURU PENDAMPNG KHUSUS (GPK) DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP SISWA ABK DI SDN JUNREJO 01 KOTA BATU
Main Author: | AHMADI, HELMI NURHARIS |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/35498/1/jiptummpp-gdl-helminurha-47268-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/35498/2/jiptummpp-gdl-helminurha-47268-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/35498/3/jiptummpp-gdl-helminurha-47268-3-babii.pdf http://eprints.umm.ac.id/35498/4/jiptummpp-gdl-helminurha-47268-4-babiii.pdf http://eprints.umm.ac.id/35498/ |
Daftar Isi:
- Pendidikan karakter penting diterapkan tidak hanya kepada siswa reguler saja, tetapi siswa dengan kebutuhan khusus termasuk siswa dengan ketunaan autis juga berhak memperoleh pendidikan yang sama. Karena melalui pendidikan karakter guru akan mampu mencetak generasi penerus atau siswa yang berperilaku terpuji sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan, (1) Penerapan pendidikan karakter terhadap siswa dengan ketunaan autis di SDN Junrejo 01 Batu, (2) Kendala yang dihadapi Guru Pendamping Khusus (GPK) dalam menerapkan pendidikan karakter terhadap siswa autis di SDN Junrejo 01 Batu, dan (3) Solusi Guru Pendamping Khusus (GPK) dalam mengatasi kendala menerapkan pendidkan karakter terhadap siswa autis di SDN Junrejo 01 Batu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sebagai sumber data, dipilih Guru Pendamping Khusus (GPK) yang menangani siswa berkebutuhan khusus (ABK) dengan ketunaan autis di SDN Junrejo 01 Kota Batu. Pengambilan data diperoleh dari teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan dengan problematika Guru Pendamping Khusus (GPK) dalam menerapkan pendidikan karakter terhadap siswa berkebutuhan khusus (ABK) dengan ketunaan autis. Hasil penelitian menunjukkan: (1) penerapan pendidikan karakter terhadap siswa dengan ketunaan autis sudah dilaksanakan oleh GPK dengan baik. (2) kendala yang ditemui yaitu tidak adanya pedoman yang tersruktur dan tertulis, jumlah GPK tidak sebanding, GPK yang ada bukan lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB), emosi siswa sulit dikendalikan, kurangnya perhatian orangtua. Dan (3) Upaya yang dilakukan yaitu, sekolah dan GPK membuat pedoman sendiri, melibatkan orang tua sebagai shadow, memberikan pelatihan kepada GPK di luar sekolah, dan melakukan kunjungan rumah setiap 2 minggu sekali.