Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilatarbelakangi karena untuk pertama kalinya budaya Kutai Kartanegara yang berada di provinsi Kalimantan Timur diangkat dalam sebuah film. Banyaknya program-program acara di media massa yang menyuguhkan potret keindahan alam serta budaya yang ada di Indonesia membuat Bupati Kutai Kartanegara Ibu Rita Widyasari tertarik juga untuk mengenalkan keindahan alam dan keanekaragaman budaya Kutai Kartanegara kepada khalayak luas melalui sebuah film. Film yang berjudul Erau Kota Raja merupakan Film cerita (story film) yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dan disutradarai oleh Bambang Drias. Ibu Rita selaku eksekutif Produser dalam Film Erau Kota Raja menginginkan film ini sukses seperti film laskar pelangi pada tahun 2008 lalu yang juga menyuguhkan potret keindahan alam pulau Belitung. Hal ini yang menarik peneliti untuk mengangkat judul “Pemaknaan audiens terhadap Film Erau Kota Raja”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta memahami bagaimana pemaknaan audiens memaknai atas teks media yang terbentuk dalam film Erau Kota Raja. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori pemaknaan Stuart Hall dengan model encoding/decoding, sebagai proses khalayak yang mengkonsumsi dan memproduksi makna dalam proses penerimaan atas teks media massa yang dikonsumsinya. Serta Receptions Theory oleh Stuart Hall yang mengacu studi tentang makna, produksi dan pengalaman khalayak dalam hubungannya berinteraksi oleh teks media. Stuart hall mengenalkan tiga interpretasi posisi audiens yang berbeda yaitu dominant hegemonic position, negotiated code, dan oppotional code teori ini yang biasa digunakan dalam penelitian tentang pemaknaan. Metode dalam Penelitian ini menggunakan metode Studi resepsi Yang berarti Penelitian dilakukan untuk memfokuskan peneliti pada produksi tentang pemaknaan teks dan proses negosiasi makna khalayak. Dengan pendekatan penelitian Kualitatif dan tipe penelitian deskriptif interpretatif. Dan memfokuskan pada resepsi atau pemaknaan mahasiswa asal kutai kartanegara yang berada di Malang terhadap film Erau Kota Raja. Dalam memilih subyek penelitian, Peneliti memilih teknik Purposive sampling yang kemudian mendapatkan enam subyek penelitian dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Analisa data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman Kemudian mengunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, dokumentasi dan kepustakaan serta dihubungan dengan studi resepsi pemaknaan mahasiswa asal kutai kartanegara terhadap film Erau Kota Raja. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukan bahwa audiens memiliki kekuatan sendiri dalam memaknai film Erau Kota Raja yang menyangkut tiga interpretasi oleh stuart hall yaitu posisi audiens dominant hegemonic position, negotiated code dan oppositional code. Subyek penelitian 1,2,3,5,dan 6 cenderung masuk dalam kategori audiens dengan posisi Negotiated Code, mereka beranggapan bahwa ada kurang kesinambungan antara konten film dengan judulnya, karena budaya yang ada dalam film Erau Kota Raja kurang mencerminkan budaya asli Kutai Kartanegara. Menyangkut bahasa, gerak tubuh dan kebiasaan-kebiasaan orang Kutai Kartanegara. Akan tetapi Audiens dengan kategori negotiated code juga tidak sepenuhnya berpendapat negatif terhadap film ini. Mereka masih bisa merasakan dampak positif dimana mereka bisa mengingat kampung halaman sendiri dan termotivasi untuk melestarikan budayanya. Sedangkan untuk subyek ke 4 cenderung masuk dalam posisi audiens dengan kategori Oppositional Code Position. karena subyek ke 4 tidak menyukai film ini,ia merasa bahwa film Erau Kota Raja tidak sesuai dengan apa yang pernah dialaminya selama ini.