REPRESENTASI IDENTITAS TRANSGENDER DALAM FILM (Analisis Semiotika Film Salah Bodi Karya Syswanto Ns)
Main Author: | Arlisyah, Reivanya Nissa |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/35152/1/jiptummpp-gdl-reivanyani-46746-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/35152/2/jiptummpp-gdl-reivanyani-46746-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/35152/3/jiptummpp-gdl-reivanyani-46746-3-babii.pdf http://eprints.umm.ac.id/35152/4/jiptummpp-gdl-reivanyani-46746-4-babiii.pdf http://eprints.umm.ac.id/35152/ |
Daftar Isi:
- Film sebagai media komunikasi massa yang menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massal, tersebar dimana-mana, khlayaknya heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Film memungkinkan mengangkat pandangan mengenai fenomena yang terjadi di masyarakat. Salah satunya fenomena transgender. Transgender ini merupakan fenomena yang telah lama ada namun hingga saat ini masih menarik untuk dibahas bahkan keberadaan mereka banyak di masyarakat. film Salah Bodi adalah salah satu film yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari transgender. Dalam film tersebut juga digambarkan bagaimana transgender membentuk identitasnya. Berbeda dengan beberapa film yang mengangkat tentang transgender yang sebagian besar menampilkan sosok transgender yang menjadi perempuan (waria), dalam film Salah Bodi sosok transgender yang menjadi laki-laki pun diangkat menjadi tokoh. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk menjadikan film Salah Bodi tersebut sebagai objek penelitian. Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : Bagaimana identitas transgender direpresentasikan dalam film Salah Bodi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce yang membagi makna menjadi tiga elemen yaitu ikon, indeks, dan simbol. Teknik analisis data yang dilakukan dengan cara memilih adegan-adengan yang kemudian ditampilkan berupa screenshot yang mampu merepresentasikan hal-hal yang terkait terhadap masalah yang telah dirumuskan. Kemudian adegan-adegan tersebut dianalisis menggunakan pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce dan dikombinasikan dengan teori pembentukan identitas diri I dan identitas Me George Herbert Mead. Hasil dari penelitian ini adalah tokoh Farhan merepresentasikan laki-laki macho atau gagah, pemberani, santai, kasar dan percaya diri yang merupakan bentuk dari maskulinitas. Dan tokoh Inong merepresentasikan perempuan seksi, mudah menangis, lembut dan percaya diriyang mewakili feminitas. Adanya konstruksi yang terbentuk dimasyarakat tentang identitas maskulinitasdan feminitas, hal tersebut kemudian menjadi stereotipe dalam masyarakat bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan. Hal itulah yang mendasari kedua tokoh dalam film Salah Bodi untuk menampilkan identitas dirinya sesuai dengan aturan-aturan yang terbentuk dimasyarakat agar mereka dapat diterima dan diakui oleh masyarakat. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah proses pembentukan identitas dimulai dari pembentukan identitas I kemudian menjadi identitas Me. Identitas I muncul ketika seseorang masih berada didalam lingkungan pribadinya. Dilingkungan privat transgender mulai menyiapkan identitas yang akan ditampilkan ke lingkungan publik. Dengan pakaian, kumis dan korset tokoh utama dalam film tersebut menyembunyikan identitas aslinya dan menyiapkan identitas baru yang akan ditampilkan dilingkungan publik. Ketika berada dilingkungan publik, identitas I tersebut mengalami penyesuaian-penyesuaian dengan memperlihatkan persepsi-persepsi yang timbul disekitarnya sehingga membentuk identitas Me yang dapat diterima oleh publik. Identitas Me yang ditampilkan oleh kedua tokoh transgender di film Salah Bodi adalah bertujuan untuk menyembunyikan identitas aslinya dan agar dapat diakui sebagai gender baru yang diinginkan dan dapat diterima dilingkungan publik.