RESILIENSI PADA REMAJAYANG ORANGTUANYA MENGALAMI PERCERAIAN
Main Author: | Maningtyas, Gayuh Yustia Nurkharis |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/31989/1/jiptummpp-gdl-s1-2011-gayuhyusti-21795-01%2BPENDA-N.pdf http://eprints.umm.ac.id/31989/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-gayuhyusti-21795-02%2BBAB%2B1.pdf http://eprints.umm.ac.id/31989/ |
Daftar Isi:
- Resiliensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menghadapi tekanan dan permasalahan yang ada didalam hidupnya untuk membantu kesuksesan proses beradaptasi dengan segala keadaan. Tidak semua orang dapat resilien, terlebih lagi pada usia remaja. Hal ini disebabkan karena masa remaja adalah masa peralihan dari usia anak-anak menuju dewasa awal yang ditandai dengan adanya perubahan kognisi, emosi, dan sosial. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, perceraian orangtua dapat membuat remaja frustasi, terjerumus dalam pergaulan bebas, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan sebagainya. Namun tidak semua remaja yang orangtuanya bercerai mengalami hal-hal tersebut. Pada kenyataannya, ada pula remaja yang dapat bertahan dengan kondisi perceraian orangtua bahkan dapat berprestasi dan melakukan hal-hal positif sehingga permasalahan tersebut menarik perhatian peneliti untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dimiliki remaja untuk dapat resilien setelah perceraian orangtua dan bagaimana proses resiliensi pada remaja yang orangtuanya mengalami perceraian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data yang diperoleh baik itu berupa bahasa ataupun tulisan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah empat orang yang dipilih dengan kriteria tertentu. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara dan observasi. Untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik informasi yang didapat dari subjek dengan informan lain yang memiliki hubungan dekat dengan subjek. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa remaja yang orangtuanya mengalami perceraian dapat resilien setelah perceraian orangtua terjadi. Resiliensi itu dapat muncul karena adanya faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh remaja. Faktor-faktor tersebut yaitu : kekuatan yang berasal dari dalam diri remaja, bantuan dan sumber dari luar yang meningkatkan resiliensi, serta adanya kompetensi sosial dan interpersonal yang dimiliki oleh remaja. Meski semua subjek yang diteliti menunjukkan adanya resiliensi, namun tahapan atau proses resiliensi yang dilalui setiap subjek berbeda-beda. Ada remaja yang memunculkan faktor I Am terlebih dahulu dalam proses resiliensinya kemudian diikuti dengan faktor I Can dan I Have, namun ada pula remaja yang memunculkan faktor I Have terlebih dahulu kemudian diikuti dengan faktor I Am dan I Can dalam proses resiliensinya.