SELF FORGIVENESS PADA WANITA YANG MEMBUNUH SUAMI

Main Author: Kurniawati, Fitria Nur
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/31983/1/jiptummpp-gdl-s1-2011-fitrianurk-22598-BAB%2BI.do-x.pdf
http://eprints.umm.ac.id/31983/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-fitrianurk-22598-PENDAHUL-N.pdf
http://eprints.umm.ac.id/31983/
Daftar Isi:
  • Wanita yang membunuh suaminya memiliki perasaan bersalah, menyesal dan perasaan malu. Perasaan bersalah tersebut dapat diselesaikan dengan self forgiveness. Dengan menumbuhkembangkan self forgiveness, berarti individu dapat belajar mencintai diri sendiri dan tidak terlalu lama menyalahkan diri sendiri dalam kesalahan yang sudah dilakukan, menyadari sebagai manusia dan semua kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan, mengembangkan pandangan optimis tentang masa depan, dan. Perilaku berdamai secara positif akan berdampak pada menerima maaf dan self forgveness. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses self forgiveness pada wanita yang membunuh suaminya. Jenis penelitian aalah kualitatif deskripsi, dimana peneliti mencoba menggambarkan fenomena atau kenyataan yang tampak sebagaimana adanya. Maka peneliti mendapatkan data yang lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Peneliti menggunakan dua subyek wanita telah membunuh suaminya yang berada di LPW kelas IIA Malang dan pernah melewati proses self forgiveness. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei sampai bulan Juni 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur dan data pendukung dari informan yanag berasal dari keluarga subyek, teman subyek di LP, dan wali subyek di LP. Hasil penelitian secara garis besar menggambarkan bahwa proses self forgiveness kedua subyek meliputi faktor emosi ( misalnya perasaan menyesal dan bersalah ), sosial kognitif ( misalnya atribusi dan penerimaan maaf ), perilaku ( misalnya perilaku berdamai ), dan spiritual (misalnya mendekatkan diri kepada Tuhan dengan beribadah). Tetapi dari kedua subyek juga memiliki beberapa tingkatan yang berbeda, yaitu self forgiveness (limited forgiveness), dan self forgiveness ( full forgivenes ). Hal ini dikarenakan oleh perbedaan penerimaan maaf dari pihak yang tersakiti oleh subyek. Seperti subyek SH yang dapat dikatakan self forgiveness ( full forgiveness ) yang dikarenakan adanya penerimaan maaf dari keluarga suami dan anak-anaknya, sedangkan subyek AN dapat dikatakan self forgiveness ( limited forgiveness ) yang dikarenakan tidak ada penerimaan maaf dari keluarga suami meskipun keluarga subyek sendiri sudah memaafkan.