KONDISI PSIKOLOGIS ISTRI YANG MENJADI PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI PASAR BERAS KOTA MATARAM

Main Author: Hafat, Raisa Astria
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/31921/1/jiptummpp-gdl-s1-2011-raisaastri-21853-1.%2BPENDA-N.pdf
http://eprints.umm.ac.id/31921/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-raisaastri-21853-BAB%2BI.pdf
http://eprints.umm.ac.id/31921/
Daftar Isi:
  • Isteri mempunyai hak mendapatkan pemenuhan kebutuhan baik secara lahir maupun batin dari suami. Namun pada kenyataannya terdapat beberapa isteri yang tidak mendapatkan pemenuhan haknya dari sang suami. Melihat pada keadaan ini, isteri akhirnya terpaksa melakukan pemenuhan hak untuk dapat melanjutkan hidup dengan berbagai cara, baik secara layak maupun tidak layak. Tidak jarang ada isteri yang terpaksa melakukan cara yang tidak layak untuk melanjutkan hidupnya yaitu dengan bekerja sebagai PSK. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti latar belakang yang mempengaruhi seorang isteri mau bekerja sebagai PSK dan bagaimana kondisi psikologisnya. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian berjumlan 3 orang yang berjenis kelami wanita yang berstatus sebagai isteri, dan bekerja sebagai PSK. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif dan metode keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi metode. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka ditemukan bahwa subjek menjadi PSK awalnya dipengaruhi oleh himpitan ekonomi yang dialami karena tidak mendapatkan nafkah lahir (uang) dari suami. PSK memberikan banyak pengalaman bagi ketiga subjek. Pengalaman ini mempengaruhi kondisi psikolois isteri yang menjadi PSK. Subyek mengetahui bahwa PSK itu merupakan pekerjaan yang salah dan dosa. Subjek dulu menganggap bahwa PSK itu merupakan pekerjaan yang menjijikan, karena harus melayani lelaki yang bukan suaminya. Tetapi Subjek tetap memilih menjadi PSK dan sekarang malah mengangap bahwa PSK itu merupakan pekerjaan yang menyenangkan serta memberikan kenikmatan, karena subjek merasa dengan menjadi PSK dapat memenuhi kebutuhan seksual dan kasih sayang mereka, walaupun PSK ini tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonominya. Adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan menyebabkan subjek memilih menjadi PSK. Menjadi PSK menambah kemampuan dan perilaku seksual subjek, karena setiap malam subjek melayani banyak lelaki yang berbeda dengan perilaku dan kemampuan yang berbeda. Pemikiran subjek terkadang terganggu setelah menjadi PSK terutama ketika menginggat anak serta suaminya. Perasaan subjek menjadi tidak stabil setelah menjadi PSK. Setelah menjadi PSK emosi mudah meledak-ledak, subjek dikucilkan oleh masyarakat umum, sehingga subjek menjadi engan bergaul di dalam lingkungan umum. PSK menjadikan subjek pribadi yang lebih malas dan cuek, tidak ada kemauan menjalani kehidupan dengan lebih baik, serta tidak ada kemauan untuk beribadah. Di lubuk hati yang terdalam subjek ingin dan mempunyai harapan untuk dapat memperbaiki hidupnya, serta mendapatkan pekerjaan yang layak karena subjek sadar bahwa tidak selamanya akan menjadi PSK.