MOTIVASI BERTINDAK KRIMINAL PADA REMAJA(STUDI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK BLITAR)

Main Author: SUMA'RUFA,
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/31859/1/jiptummpp-gdl-s1-2011-sumarufa06-21191-Pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/31859/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-sumarufa06-21191-Pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/31859/
Daftar Isi:
  • Kenakalan remaja semakin hari semakin mengalami peningkatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kenakalan remaja yang selalu marak berkisar pada kasus-kasus conventional crime seperti pencurian, perkelahian, dan perampokan. Pemerintah telah memberlakukan peraturan yang tegas dengan mengenakan sanksi-sanksi berupa pemidanaan badan penjara. Namun, ancaman-ancaman tersebut tidak membuat pelaku menjadi jera untuk tidak melakukan tindakan serupa. Untuk memahami fenomena tersebut maka perlu memahami bagaimana proses berprilaku manusia. Sebuah perilaku manusia itu terbentuk karena adanya kebutuhan-kebutuhan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Murray bahwasannya kebutuhan-kebutuhan itu dapat menjelaskan kepribadian manusia. Dimana kepribadian itu akan termanifestasi melalui perilaku manusia itu sendiri. Jadi kebutuhan-kebutuhan inilah yang secara tidak langsung menjadi motivasi seseorang dalam bertingkah laku. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode pengambilan data menggunakan wawancara dan tes TAT. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 terpidana remaja di Lembaga pemasyarakatan anak di Blitar yang memiliki ciri-ciri: usia antara 13-21 tahun, kasusnya berupa pencurian, atau penyalahgunaan obat-obat terlarang, masih menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan, keluar masuk Lembaga Pemasyarakatan lebih dari satu kali dengan kasus yang sama atau berbeda. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Sedangkan keabsahan data menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kedua subjek melakukan tindakan kriminal didorong oleh keinginan untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga namun mereka tidak mendapatkan kasih sayang itu karena orang tua mereka sibuk bekerja. Perhatian dan kasih sayang yang kurang menyebabkan kedua subjek menjadi sedih, marah dan frustasi. Kemudian mereka mengalihkannya dengan mencari perhatian dan kasih sayang dari teman-teman mereka namun kedua subjek tidak berdaya karena miskin ketika ada tuntutan mengikuti gaya hidup teman mereka seperti minum-minum, merokok dan memakai narkoba. Hal ini menunjukkan bahwasannya subjek memiliki konsep diri dan kontrol diri yang rendah sehingga mudah terpengaruh hal yang negatif. Pada subjek MT, diketahui bahwa subjek ingin ditolong secara materi namun tidak ada tetangga yang membantu karena selama ini tetangga subjek hanya cuek saja melihat kondisi ekonomi subjek yang kekurangan. Selain itu, subjek ingin membantu keluarga secara materi dengan bekerja namun uang dari hasil bekerja hanya cukup untuk kebutuhan pribadi subjek. Pada subjek JA, diketahui bahwa subjek ingin melukai orang lain saat subjek dicaci dan diajak untuk berkelahi namun subjek sering dinasehati oleh ibu dan masyarakat agar tidak berbuat salah lagi. Subjek juga ingin lepas dari kemiskinan dan kesengsaraan namun subjek tidak mepunyai skill sehingga subjek mencari jalan pintas yaitu dengan mencuri walaupun harus merugikan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa subjek memiliki kontrol emosi yang rendah.