OPTIMASI FORMULASI GEL PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BERBAGAI KADAR DALAM BASIS GEL CMC-Na

Main Author: INAYAH, .
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/31312/1/jiptummpp-gdl-s1-2011-inayah0704-23883-PENDAHUL-N.pdf
http://eprints.umm.ac.id/31312/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-inayah0704-23883-BAB%2B1.pdf
http://eprints.umm.ac.id/31312/
Daftar Isi:
  • Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah suatu tanaman obat yang berkhasiat dan sering digunakan masyarakat. Kandungan dari jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sangat banyak diantaranya minyak atsiri "Limonen" (Rukmana, 1997) dan asam sitrat sekitar 7% - 8% dari berat daging buah (Sarwono, 2000). Asam sitrat ini berfungsi sebagai antioksidan (Rowe, 2009). Pada jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang digunakan sebagai bahan aktif adalah air perasannya. Pada umumnya masyarakat telah menggunakan perasan jeruk nipis secara topikal yaitu dengan mengoleskannya ke seluruh bagian kulit. Cara pemakaian ini menyebabkan kulit menjadi perih (tidak aseptabilitas) karena pH jeruk nipis sangat asam ± 2,33 dibawah pH kulit sekitar 4 - 6,5. Dengan demikian diperlukan penggunaan sediaan yang aseptabilitas maka dalam penelitian ini dibuat sediaan semisolid yaitu gel perasan jeruk nipis dengan basis gel CMC-Na. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kadar perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan menentukan kadar perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang dapat menghasilkan suatu sediaan gel dengan basis gel CMC- Na yang memiliki karakteristik fisik (meliputi organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar), aseptabilitas, dan efektivitas yang optimal. Kadar perasan jeruk nipis yang digunakan yaitu formula I 10%, formula II 20%, dan formula III 30%. Hasil pemeriksaan karakteristik fisik organoleptis didapatkan bahwa sediaan pada formula I , II, dan III memiliki tekstur yang kental dan lembut. Pada pengamatan warna dan bau formula I tidak berwarna dan tidak berbau, formula II berwarna agak kekuningan dan sedikit berbau, sedangkan pada formula III berwarna kuning dan berbau jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Pada pemeriksaan pH menunjukkan hasil rata- rata pH formula I (4,64 ± 0,05), formula II (4,39 ± 0,15), dan formula III (3,77 ± 0,09). Kemudian diuji statistik dengan menggunakan One Way Anova diperoleh F hitung (54,150) > F tabel (5,143). Untuk mengetahui signifikansi perbedaan tiap formula dilakukan uji HSD (Honestly Significant Diffence) didapatkan hasil formula I = formula II > formula III. Berdasarkan pengukuran kapasitas penyebaran didapatkan diameter konstan yaitu pada beban 7 gram. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan hasil rata-rata kapasitas penyebaran (cm) formula I (6,70 ± 0,17), formula II (6,27 ± 0,06), dan formula III (6,07 ± 0,12). Kemudian diuji statistik dengan menggunakan One Way Anova diperoleh F hitung (20,214) > F tabel (5,143). Untuk mengetahui signifikansi perbedaan tiap formula dilakukan uji HSD (Honestly Significant Diffence) didapatkan hasil formula I > formula II = formula III. Dari pengukuran penyebaran didapatkan harga daya sebar (fluks). Hasil dari rata-rata daya sebar (g/cm) menunjukkan formula I (0,1845 ± 0,0018), formula II (0,1700 ± 0,0300), dan formula III (0,1033 ± 0,0167). Kemudian diuji statistik dengan menggunakan One Way Anova diperoleh F hitung (14,610) > F tabel (5,143). Untuk mengetahui signifikansi perbedaan tiap formula dilakukan uji HSD (Honestly Significant Diffence) didapatkan hasil formula I = formula II > formula III. Pada pemeriksaan viskositas menunjukkan hasil rata- rata viskositas formula I (500 ± 0,00) = formula II (500 ± 0,00) dan formula II (500 ± 0,00) < formula III (600 ± 0,00). Dari hasil uji aseptabilitas yang dilakukan bahwa formula yang memiliki persentase terbanyak pada kriteria kelembutan adalah formula III. Untuk persentase terbanyak dari kriteria sensasi dingin adalah formula III. Untuk persentase terbanyak dari kriteria kemudahan diratakan adalah formula II. Berdasarkan total persentase aseptabilitas dari ketiga kriteria yang diamati diambil kesimpulan bahwa formula III merupakan sediaan yang paling aseptabel dari ketiga formula. Pada uji pelepasan asam sitrat sediaan gel didapatkan kurva yang tidak linear maka dihitung nilai luas area di bawah kurva (AUC). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan One Way Anova diperoleh F hitung (0,636) < F tabel (5,143), berarti tidak terdapat perbedaan bermakna dari ketiga formula. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan peningkatan kadar perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) tidak meningkatkan nilai AUC pada uji pelepasan asam sitrat dari sediaan gel perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penambahan kadar perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yaitu 10%, 20% dan 30% suatu sediaan gel antioksidan dalam basis gel CMC Na berpengaruh terhadap karakteristik fisik (organoleptis, pH, daya sebar dan viskositas), aseptabilitas, dan tidak berpengaruh terhadap efektivitas sediaan. Berdasarkan karakteristik fisik (pH, daya sebar, viskositas), dan aseptabilitas sediaan gel perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dari ketiga formula yang dibuat, formula II dengan kadar 20% merupakan formula yang terbaik karena memberikan karakteristik fisik sediaan dan aseptabilitas yang optimal.