KONSTRUKSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK OLEH KADER PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (Studi pada DPC PKS Kecamatan Kertosono Kabupaten. Nganjuk)

Main Author: Salam, Abdus
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/30554/1/jiptummpp-gdl-abdussalam-30907-2-babi.pdf
http://eprints.umm.ac.id/30554/2/jiptummpp-gdl-abdussalam-30907-1-pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/30554/
Daftar Isi:
  • Konstruksi ideologi partai politik oleh kader PKS menjadi instrumen dalam melakukan kaderisasi dan melahirkan kader partai yang ideologis. Hal ini penting mengingat PKS adalah partai Islam dengan gerakan dakwah dan tarbiyah. Jika selama ini bahwa partai politik identik dengan kekuasaan semata, maka PKS ingin menempuh jalan yang berbeda dengan partai yang lain tersebut. Kehadiran PKS tidak serta merta hanya persoalan kekuasaan, tetapi di sisi lain PKS hadir sebagai media dakwah dalam beramar makruf dan nahi munkar. Sepirit dakwah dimana menjadikan PKS sebagai ladang dakwah dalam konteks politik mungkin dinilai berlebihan, atau mungkin aneh bagi sebagian orang, tetapi inilah PKS partai yang akan melahirkan kader umat baik sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama sebagaimana telah disyariatkan dalam Islam. Berangkat dari uraian tersebut maka dalam penelitian ini ingin mengetahui secara mendalam mengenai proses konstruksi ideologi parpol oleh kader PKS yang ada di Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk. Hasil penelitian ini membuktikan bagaimana konstruksi ideologi parpol oleh kader PKS itu. Konstruksi yang dilakukan oleh kader itu dalam teori Peter L Berger dan Luckmann itu dikenal dengan Eskternalisasi, Obyektivasi dan Internalisasi. Ketiga momen inilah yang dialami oleh kader PKS dalam proses memahami ideologi partai politik. Melalui berbagai pertemuan atau halaqoh, taklim dan usroh menjadi saranabagi kader untuk memahami ideologi parpol. Dalam kenyataan yang terjadi, bahwa PKS sebagai partai dakwah dimaknai dan dipahami oleh kadernya menjadi kader PKS orientasinya bukan hanya persoalan politik kekuasaan semata. Lebih dari itu, menjadi kader PKS adalah semata-mata dalam rangka peningkatan pemahaman keagamaan, baik yang bersifat aqidah, tauhid maupun akhlak. Oleh sebab itu yang diintensifkan dalam PKS adalah bagaimana seorang kader tersebut bisa menjalankan dan mengamalkan ajaran-ajaran agama. Hal itu dilakukan dengan pertemuan( liqo) atau (halaqoh) maupun usroh sebagai sarana dalam meningkatkan pemahaman ajaran agama itu. Konstruksi ideologi parpol oleh kader PKS itu melahirkan realitas sosial. Sementara realitas sosial terbangun karena adanya dialektika kader PKS. Dalam konteks interaksi yang dibangun oleh kader PKS dengan sosiokulturalnya tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Pertentangan dengan ideologi parpol sebagai produk sosial itu bersinggungan dengan paham dan ideologi kader, inilah proses eksternaliasasi dimana seorang kader itu berupaya untuk melakukan penyesuaian diri dengan ideologi partai tersebut. Begitu juga dengan objektivasi, interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif. Dalam konteks ini, bagaimana seorang kader harus membiasakan diri dengan kelembagaan sosial dimana bahasa dan simbol-simbol itu menjadi tanda bagi PKS itu sendiri. Penggunaan simbol adalah menjadi trade mark bagi PKS. Hal ini penting untuk membedakan kader PKS sebagai partai dakwah dan berlandaskan Islam. Maka penggunaan bahasa dan simbol-simbol keagamaan menjadi identitas bagi PKS. Menjadi kader PKS itu harus siap dan bersedia dengan ketentuan yang telah dibangun dalam sistem perkaderan PKS. Konstruksi ideologi terbentuk secara modern dan fleksibel melalui Eksternalisasi, Obyektivasi dan internalisasi. Dengan demikian pemahaman kader terhadap ideologi partai politik terhadp partai politik bisa dipahami secara utuh dan komprehensif.