FAKTORFAKTOR MOTIVASIONAL YANG MENDORONG ANAKANAK MENONTON FILM UPIN  IPIN (STUDI ANAK-ANAK PERUMAHAN WILIS MOJOKERTO)

Main Author: Budicipharja, Akhbar
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/30199/1/jiptummpp-gdl-s1-2011-akhbarbudi-24007-PENDAHUL-N.pdf
http://eprints.umm.ac.id/30199/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-akhbarbudi-24007-BAB%2BI.pdf
http://eprints.umm.ac.id/30199/
Daftar Isi:
  • Semua anak usia sekolah dasar yang tinggal di Perumahan Wilis Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, selalu menonton film-film animasi. Dari beragam pilihan film yang ditayangkan oleh stasiun televisi, film Upin & Ipin menjadi pilihan utama. Tiap hari anak-anak menonton film Upin & Ipin. Timbul pertanyaan, faktor-faktor motivasional apa yang mendorong anak-anak lebih menyukai film Upin & Ipin karena televisi sendiri tidak mempunyai kekuatan sebagai pemaksa. Penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan motif yang mendorong anak-anak perumahan Wilis Mojokerto menonton film Upin & Ipin. Struktur motivasi terdiri atas tiga faktor yang saling menunjang, yaitu faktor afektif, kognitif dan konatif. Motif afektif menyangkut masalah emosional subjektif anak terhadap suatu objek sosial atau sebagai kondisi perasaan yang menggerakkan anak mencapai tingkat perasaan tertentu.Motif kognitif merupakan kepercayaan anak mengenai apa apa yang "benar" bagi objek sosial, motif ini menekankan kebutuhan anak akan suatu informasi untuk mencapai tingkat kepuasan. Motif konatif merupakan kecenderungan berperilaku anak terhadap objek sosial atau media. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitiannya merupakan penelitian noneksperimen. Populasi penelitian adalah semua anak yang telah duduk di bangku kelas 1-3 sekolah dasar (berusia 6-9 tahun), yang tinggal di Perumahan Wilis, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, sebanyak 29 anak. Seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara dikembangkan oleh peneliti dengan model skala sikap Likert. Skala sikap Likert yang digunakan berupa pemilihan jawaban atas lima alternatif jawaban yaitu jawaban (1) Sangat Menyukai (SM), (2) Menyukai (M), (3) Tidak Tahu atau Netral (TT), (4) Kurang Menyukai (KM), dan (5) Tidak Menyukai (TM). Dari hasil wawancara terhadap subjek, ditetapkan kesukaan atau ketidaksukaannya atas pernyataan-pernyataan pada tiap butir dari pedoman wawancara. Untuk mendeskripsikan tingkat motivasional, digunakan analisis deskripsi dengan acuan norma proporsi pada Penilaian Acuan Proporsi (PAP). Tiap jawaban dari butir-butir pernyataan dalam pedoman wawancara diberi skor-skor. Untuk menginterpretasikan tingkat motivasional digunakan kriteria dengan lima kategori penilaian, yaitu (1) sangat baik, (2) baik, (3) cukup, (4) kurang, dan (5) sangat kurang. Dari analisis data ditarik kesimpulan bahwa: (1) Motif afektif afiliasi, yaitu mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain, relatif yang paling mendorong anak-anak menonton film Upin & Ipin. Anak suka menonton film bukan karena ingin mengembangkan citra diri tertentu maupun berusaha untuk mempertahankan citra tersebut. (2) Motif kognitif konsistensi, yaitu kebutuhan anak untuk diterima dan memelihara orientasi eksternal pada lingkungan komunitasnya, relatif yang paling mendorong anak-anak menonton film Upin & Ipin. Anak-anak tidak berupaya mengaktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom. (3) Motif konatif cerita film relatif yang paling mendorong anak-anak perumahan Wilis Mojokerto menonton film Upin & Ipin. Anak kurang menyukai aspek pencahayaan film karena semata suka terhadap cerita film secara keseluruhan. Dari kesimpulan tersebut disarankan bagi para animator film untuk mendesain seri lanjutan dengan memperhatikan jalan cerita secara keseluruhan. Bagi instansi pendidikan, bila menggunakan media film sebagai sarana pembelajaran, hendaknya memperhatikan jalannya cerita dari film tersebut.