RELAPS PADA SKIZOFRENIA

Main Author: AMALIA S, RAHMA
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/30003/1/jiptummb--rahmaamali-27955-2-babi.pdf
http://eprints.umm.ac.id/30003/2/jiptummb--rahmaamali-27955-1-pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/30003/
Daftar Isi:
  • Pembimbing : (1) Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si (2) Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi Kelainan kejiwaan skizofren terjadi hanya satu persen dari total penduduk suatu wilayah. Tapi kelainan ini tetap harus diwaspadai. Sebab skizofren sering kali mempengaruhi tingkah laku, cara berfikir seseorang dalam melihat dunia yang sering ditandai dengan hilangnya perasaan atau tanggapan emosional mereka. Penderita akan mempunyai pandangan berbeda tentang kenyataan yang terjadi di sekitar mereka sehingga sering kehilangan kontak dengan kenyataan. Relaps didefinisikan sebagai suatu keadaan apabila individu sudah pulih atau mengalami perbaikan setelah mengalami gejala sebelumnya. Setiap relaps mempunyai potensi yang berbahaya bagi pasien dan keluarga pasien, seperti kebutuhan biaya yang tinggi dalam setiap pengobatan, begitu pula ketika munculnya berbagai syndrome sebelum terjadinya relaps. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui terjadinya relaps pada pasien skizofren. Penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Subyek berjumlah 3 orang dengan karakteristik mengalami skizofren, pernah mengalami relaps, dan masih dirawat di RSJ. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Analisis data yang digunakan adalah dengan cara mereduksi hasil wawancara. Keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi dengan keluarga, dokter, dan psikolog. Dari hasil penelitian pada tiga orang subyek penderita skizofrenia di RSJ Radjiman Lawang, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor penyebab kekambuhan pada penderita gangguan skizofrenia pada umumnya disebabkan oleh ketidakteraturan subyek dalam meminum obat dan coping subyek yang buruk dalam menghadapi masalah. Meski dalam penelitian ini juga ditemukan hal lain seperti kurangnya komunikasi dua arah antara subyek dan keluarga, pola asuh ayah ibu yang berbeda mengakibatkan anak bingung untuk bersikap dan bertindak, dan emosi-emosi subyek yang belum terkontrol.