STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA AMPISILIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Saiful Anwar Malang)
Main Author: | PRANATHA, EKA SASTRA |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2012
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/29931/1/jiptummpp-gdl-ekasastrap-29690-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/29931/2/jiptummpp-gdl-ekasastrap-29690-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/29931/ |
Daftar Isi:
- Latar Belakang: Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Pemilihan terapi antibiotika yang tepat pada pasien ISK sangat berpengaruh pada keberhasilan terapi yang dilakukan. Ampisilin merupakan antibiotika yang efektif untuk bakteri penyebab ISK. Tujuan: untuk mengetahui pola penggunaan ampisilin pada pasien ISK di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dan mengkaji hubungan terapi antibiotika ampisilin terkait dosis yang diberikan, rute pemberian, lama pemberian dan waktu pemberian yang dikaitkan dengan data klinik di RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Metode: Penelitian observasional berupa studi retrospektif pada pasien ISK dari tanggal 1 januari sampai 31 desember 2011. Hasil & Kesimpulan: Pemberian antibiotika tunggal yang diterima pasien adalah 70%, sedangkan pemberian antibiotika kombinasi dua (ampisilin dengan satu antibiotika lain atau antibiotika lain dengan antibiotika lainnya) adalah 22,5%, sedangkan antibiotika kombinasi tiga (ampisilin dengan antibiotika lain atau antibiotika lain dengan antibiotika lainnya) sebesar 7,5%. Pemberian antibiotika golongan penisilin adalah 64,5% (ampisilin iv 60,9%), golongan sefalosporin 17,8%, golongan aminoglikosida 3,6%, dan golongan lain-lain adalah 14,2%. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode prospektif agar peneliti dapat mengamati langsung kondisi pasien dan terapi obat yang diberikan kepada pasien, serta dapat berinteraksi langsung dengan pasien, dokter dan para klinisi lainnya sehingga dapat menghasilkan profil penggunaan obat yang lebih representatif.