UNSUR TRADISI JAWA DALAM FILM HOROR INDONESIA (Analisis Isi Pada Film Keramat Karya Monty Tiwa)

Main Author: Darmayanti N, Intan
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/29740/1/jiptummpp-gdl-s1-2011-intandarma-21990-PENDAHUL-N.pdf
http://eprints.umm.ac.id/29740/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-intandarma-21990-BAB%2BI.pdf
http://eprints.umm.ac.id/29740/
Daftar Isi:
  • Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah memberikan perubahan besar dalam komunikasi,salah satunya †̃Filmâ€TM. Peneliti tertarik untuk mengamati film Keramat karena, film ini lain dari film documenter yang lain. Karena film keramat ini berasal dari kisah nyata dari gempa tektonik mengguncang Bantul dan sekitarnya dan ditemukan kamera produksi yang merekam musibah crew film,sehingga sutradara Monty Tiwa tertarik untuk memfilmkan kembali. Dalam film ini terdapat unsur tradisi Jawa yang membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut. Adapun rumusan masalahnya adalah: apa saja unsur tradisi jawa khususnya kebedayaan jawa dalam film Keramat ? Konsep dalam penelitian ini antara lain: film sebagai realitas social adalah Film atau informasi audio visual merupakan informasi yang paling cepat direspon banyak masyarakat dan kebanyakan masyarakat meniru akan apa yang disajikan oleh film yang ditontonnya terutama ditiru budayanya,oleh karena itu film di katakan sebagai realitas sosial karena umunya cerita yang di pada angkat di dalam film menceritakan realita sosial yang ada, tradisi budaya Jawa adalah kebiasaan atau perilaku turun-temurun yang terjadi dalam kehidupan masyarakat jawa,realitas media massa sangat penting karena media masa merupakan pengkaji realitas dalam kehidupan masyarakat. media menjadi wahana informasi untuk memuat aspirasi masyarakat atas berbagai kebijakan publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis isi. Tipe penelitiannya adalah penelitian deskriptif. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah film keramat tahun 2006 karya Monty Tiwa terdiri dari 47 scene diproduksi oleh PT. Kharisma Starvision, unit analisis peneliti menggunakan unit analisis sesi dialog,gerakan dan adegan, satuan ukur adalah jumlah waktu ( per detik ) unsur atau indikator, struktur kategorisasinya adalah: 1. Mistis, 2. Upacara Adat atau Sesajen, dan 3. Kesenian Jawa. Teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik pengkoderan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan ada dua yaitu: 1. Data Primer dan 2. Data Sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kategori sebagai berikut: 1) Tembang Jawa selama 109 detik, 2) Bahasa Jawa selama 391 detik, 3) Doa-Doa selama 10 detik, 4) Gamelan selama 310 detik, 5) Roh Halus selama 396 detik, 6) Kuburan selama 214 detik, 7) Dukun selama 138 detik, 8) Keris selama 4 detik, 9) Bunga selama 27 detik,10) Pakaian Jawa selama 176 detik, dan didapatkan total keseluruhan kategori adalah 1775 detik. Sehingga dapat diketahui bahwa 1775 < 4920, dinyatakan bahwa unsur-unsur tradisi jawa kurang mendominasi dalam film Keramat. Sedangkan secara verbal didapatkan 0,95 atau 95% > 0,75 atau 75% dengan rumus Scoot yang didapatkan dari perhitungan rumus Hostly sebelumnya sebesar 0,97 atau 97% > 0,78 atau 78% maka dinyatakan Reliabel. Sedangkan hasil penelitian secara non verbal didapatkan 0,86 atau 86% > 0,75 atau 75% dengan rumus Scoot yang didapatkan dari perhitungan rumus Hostly sebelumnya sebesar 0,92 atau 92% > 0,78 atau 78% maka dinyatakan Reliabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa film Keramat merupakan film horor indonesia yang mengandung unsur-unsur tradisi Jawa antara lain : tembang Jawa, Bahasa Jawa, doa-doa, gamelan, roh halus, kuburan ,dukun, keris, bunga, dan pakaian Jawa. Hal ini dapat di ketahui peneliti dari hasil analisis dengan perhitungan-perhitungan yang akurat sehingga film keramat ini merupakan film yang memang mengandung banyak unsur tradisi Jawa. Disarankan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perfilman agar lebih kreatif dalam menciptakan karya sehingga film tidak hanya berfungsi sebagai hiburan melainkan juga dapat sebagai pendidikan.