REPRESENTASI MASYARAKAT PERBATASAN INDONESIA–MALAYSIA DALAM FILM (Analisis Semiotik Pada Film ‘Tanah Surga, Katanya...’)

Main Author: Maygiarta, Yoga
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/26880/1/jiptummpp-gdl-yogamaygia-36758-2-babi.pdf
http://eprints.umm.ac.id/26880/2/jiptummpp-gdl-yogamaygia-36758-1-pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/26880/
Daftar Isi:
  • Film yang mengangkat isu mengenai masyarakat perbatasan Indonesia dengan Malaysia tersebut menggambarkan bahwa masyarakat perbatasan mempunyai pesan kecenderungan budaya ganda. Yaitu antara budaya hidup negeri sendiri dan budaya hidup negeri tetangga. Hal ini kemudian dijadikan tayangan-tayangan menarik dalam film ‘Tanah Surga, Katanya...Â’. Penggambaran film yang dibuat sesuai dengan ideologi sebagai kreator medianya, dapat berpengaruh pada subjektivitas ideologi dalam film. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka penulis merumuskan masalah tentang bagaimana masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia direpresentasikan dalam film ‘Tanah Surga, Katanya...Â’ dengan mencoba melihat keretakan teks agar bersifat lebih kritis untuk bisa berkompetensi dalam menginterpretasikan makna tanda yang tersirat dalam film ‘Tanah Surga, Katanya...Â’. Penulis ingin mengetahui dan menjelaskan makna serta tanda-tanda penggambaran masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia dalam film ‘Tanah Surga, Katanya...Â’. Penulis menggunakan metode penelitian mengacu pada Charles Sander Peirce dan Roland Barthes untuk menginterpretasikan tanda-tanda yang dimunculkan untuk membangun logika khalayak, dalam menilai dan mengungkap konotasi yang mempresentasikan masyarakat perbatasan pada film ‘Tanah Surga, Katanya...Â’. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika dengan pendekatan kualitatif interpretatif karena dianggap dapat berkompeten dalam membongkar makna tanda untuk mengetahui keretakan teks dalam film ‘Tanah Surga, Katanya...Â’. Berdasarkan hasil penelitian ini, film ‘Tanah Surga, Katanya...Â’ ini tidak hanya menjadi medium informasi dan hiburan, namun sekaligus menjelma menjadi hegemoni sipil yang mengangkat fenomena masyarakat perbatasan negara yang dengan gamblang menggambarkan keburukan infrastruktur pemerintah (state) dalam mensejahterkan rakyatnya. Selain itu, dengan mempersepsikan diri sebagai kelompok masyarakat yang paling termarjinalkan, masyarakat perbatasan dalam film ini menganggap upaya perhatian yang diberikan oleh pemerintah (state) banyak terlihat meraih kegagalan diberbagai sisi, mulai dari pendidikan, ekonomi, politik, infrastruktur maupun pengembangan sumber daya manusia. Selanjutnya temuan penelitian dalam penelitian ini adalah film yang mengusung tema realitas sosial tentang masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia sebagai film, menjadi ideologi industri yang menganut sistem kapitalis dengan memaksa mereka seolah terikat dengan kontrak untuk memenuhi permintaan dari pihak terkait (sponsor) demi kepentingan sponsorship. Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia dalam film ‘Tanah Surga, Katanya...Â’ direpresentasikan dengan karakter masyarakat yang tidak terlalu memperhatikan kebijakan pemerintah Indoensia karena mayoritas masyarakat perbatasan secara realistis lebih cenderung memilih mencukupi kebutuhannya sendiri dengan bergantung pada masyarakat Malaysia untuk memperjuangkan kesejahteraan mandiri tanpa bergantung pada pemerintah Indonesia.