UNSUR PORNOGRAFI DALAM FILM HOROR INDONESIA (Analisis Isi Film “Pacar Hantu Perawan” Karya Yoyok Dumprink)

Main Author: Belliung, Angger Tofan
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/26768/1/jiptummpp-gdl-anggertofa-31617-1-pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/26768/2/jiptummpp-gdl-anggertofa-31617-2-babi.pdf
http://eprints.umm.ac.id/26768/
Daftar Isi:
  • Berbagai macam genre film telah diproduksi menjadi film layar lebar dan salah satu genre film yang bisa membuat penontonnya menjadi ketakutan dan terkadang menjadi paranoid adalah film “horor”. Film horor merupakan salah satu genre film yang muncul di negara penghasil film manapun juga, termasuk Indonesia. Sejak pertama kali pada tahun 1941 diproduksi film horor selalu mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat. Film bertema horor dipilih sebagai objek dalam penelitian ini karena banyak orang dari berbagai belahan dunia menggemari cerita-cerita horor. Bahkan sebagian beranggapan, bahwa semakin seramnya sebuah film, semakin bertambah pula daya tariknya. Di dalam perkembangan film horor telah tercatat bahwa genre baru muncul di dalam kancah film nasional di Indonesia seperti halnya horor komedi. Horor komedi yang intinya penampilan setan yang seram tetapi bertingkah laku aneh di hadapan manusia sehingga biar tidak terlalu menakutkan, konyol, lucu, kaku, mungkin menyedihkan, barangkali dimaksudkan agar aman bila dikonsumsi oleh anak-anak dibawah umur. Akan tetapi banyak pihak yang menyatakan bahwa film horor Indonesia menurun secara kualitas. Masalahnya adalah, bumbu adegan seks yang banyak ada di film-film horor Indonesia. Malahan di sebagian film horor, unsur pornografi tidak lagi menjadi sekedar bumbu. Unsur pornografi seakan menjadi bahan dasar dalam racikan film. Maka dari itu peneliti menganalisis seberapa besar porsi unsur pornografi dalam film Pacar Hantu Perawan dan mendeskripsikan berapa banyak unsur pornografi dalam film, baik dalam unit analisis audio maupun visual. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan perangkat statistik deskriptif. Tujuan dari analisis isi adalah mempresentasikan kerangka pesan secara akurat. Penelitian ini menggunakan unit analisis audio dan visual, satuan ukurnya adalah durasi perdetik, struktur kategorisasinya yaitu kategori aktifitas seksual dengan tiga indikator : 1. Onani, 2. Berciuman, 3. Bersetubuh, sedangkan kategori gaya berbusana dengan tiga indikator : 1. Pressbody, 2. Bra, 3. Hotpants. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengkoderan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kategori aktifitas seksual sebesar 42 detik, indikator Onani 0 detik, Berciuman 36 detik dan Bersetubuh 6 detik. Sedangkan kategori gaya berbusana sebesar 275 detik, indikator Pressbody 109 detik, Bra 122 detik, Hotpants 44 detik. Dapat ditotalkan dari keseluruhan kategori adalah 317 detik. Sehingga dapat diketahui bahwa 317 detik < 4040 detik dari total durasi film Pacar Hantu Perawan, aktifitas seksual didapatkan 0,85 atau 85% >0,75 atau 75% dengan rumus Scott yang didapatkan dari perhitungan rumus Holsty sebelumnya sebesar 0,97 atau 97% > 0,78 atau 78% maka dinyatakan Reliabel. Sedangkan hasil penelitian dari gaya berbusana didapatkan 0,90 atau 90% > 0,78 atau 78% dengan rumus Scott yang didapatkan dari perhitungan rumus Holsty sebelumnya sebesar 0,98 atau 98% > 0,78 atau 78% maka dinyatakan Reliabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa film Pacar Hantu Perawan mengandung unsur pornografi kategori aktifitas seksual yang indikatornya adalah Berciuman dan Bersetubuh serta kategori gaya berbusana yang indikatornya adalah Pressbody, Bra, Hotpants. Hal ini dapat diketahui peneliti dari hasil analisis dengan pehitungan-perhitungan yang akurat sehingga film ini memang mengandung unsur pornografi. Disarankan bagi peneliti selanjutnya yang mengangkat tema sejenis agar menggunakan metode penelitian yang lain agar bisa menjelaskan tentang pornografi yang terdapat dalam sebuah film secara lebih mendalam dan di dalam pengkategorian harus lebih di spesifikkan lagi agar hasil dari penelitian bisa dipertanggung jawabkan dan saat pengkodingan tidak terjadi kesulitan apabila muncul dua kategori yang berbeda dalam satu unit analisis. Bentuk-bentuk porno beserta indikatornya tentu saja akan lebih menarik apabila makna yang terkandung didalamnya dapat terungkap.