KONSTRUKSI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN BERTATO DALAM FILM PERJAKA TERAKHIR (Analisis Semiotik pada Film Perjaka Terakhir Karya Arie Aziz)
Main Author: | ARDIANSYAH, FARIDS FIBRO |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/26674/1/jiptummpp-gdl-faridsfibr-31629-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/26674/2/jiptummpp-gdl-faridsfibr-31629-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/26674/ |
Daftar Isi:
- Tato dalam kebudayaan Indonesia dikenal sebagai salah satu bentuk praktek melukis tubuh memberikan fenomena tersendiri dalam masyarakat terkait pemakaiannya. Dalam era modernisasi, tato tidak hanya dijadikan sebagai alat yang memiliki pandangan kuno terhadap hal-hal animisme, kekuatan magis, atau hal-hal ortodok lainnya. Posisi tato sekarang ini jauh melebihi perannya pada masa lampau. Dan kesan maskulinitas seharusnya menjadi acuan jika nilai ini memang dihadirkan untuk menempatkan tato sebagai ‘milik’ laki-laki. Tapi kenyataannya sekarang ini tato bukan hanya di dominasi oleh laki-laki. Perempuan pun berhak menentukan pilihannya dalam menghias tubuhnya dengan beragam gambar tato. Perempuan bertato di konstruksi untuk menjadi seorang pemimpin dalam hal, baik dalam suatu kelompok maupun dalam keluarga. Maka penelitian ini tertarik untuk mengaji bagaimana konstruksi kepemimpinan perempuan bertato dalam film perjaka terakhir. Untuk mendapatkan jawaban adanya kecurigaan bahwa perempuan bertato di konstruksi menjadi seorang pemimpin. Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Atau juga dapat diartikan semiotik adalah teori yang menjelaskan makna berdasarkan sistem hubungan di antara unsur-unsur yang terdiri atas satu tanda, lambang, kode atau lebih. Menurut Roland Barthes semiotik memiliki penandaan tingkat pertama (first-order signification) disebut denotasi, yang pada level ini tanda disebutkan terdiri dari signifier dan signified. Konotasi pada penanda tingkat kedua (second-order signification) menggunakan tanda denotasi (signifier dan signified) sebagai signifiernya. Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunannya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini di kenal dengan “order of significations” (Kriyantono). Melalui strategi penelitian deskriptif dengan menggunakan paradigma kualitatif, atau lebih tepatnya interpretatife-kualitatif maka data yang diperoleh dianalisis menggunakan pendekatan semiotik Roland Barthes. Adapun yang digunakan sebagai teknik analisis dalam penelitian ini untuk merepresentasikan makna wanita bertato dan mitos-mitos yang terdapat di dalamnya. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang cukup mencolok. hasil tersebut terletak pada (1) perempuan juga sanggup melakukan peran sebagai sosok laki-laki, dengan adanya tato pada tubuhnya semakin menegaskan bahwa kepemimpinan perempuan bertato dapat menggantikan sosok laki-laki sebagai pemimpin dalam kelompok, (2) Sebagai seorang anak menghormati orang tua bukan lagi sebuah wacana, namun sudah menjadi kewajiban bagi seorang anak terhadap orang tua, (3) perempuan bertato di rekonstruksi oleh sutradara menjadi orang yang jauh dari realitas sosial pada umumnya, sehingga perempuan bisa berperan sebagai bentuk seorang yang lain. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan perempuan bertato hanya sebagai bentuk perlawanan dan terbukti tidak berhasil menggantikan posisi seorang laki-laki sebagai pemimpin.