PESAN NASIONALISME DALAM FILM (Analisis Isi Pada Film “Tanah SurgaÂ... Katanya?” Karya Herwin Novianto)
Main Author: | Krisnawan, Doan |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/26499/1/jiptummpp-gdl-doankrisna-38682-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/26499/2/jiptummpp-gdl-doankrisna-38682-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/26499/ |
Daftar Isi:
- Film sebagai salah satu media massa bukan lagi suatu hal yang hanya sekedar ditonton ataupun disaksikan, namun juga sebagai media penyampaian informasi, kaya akan makna sosial dan banyak mengandung unsur yang membangun moral. Peredaran film sekarang ini memang jauh lebih berkembang daripada beberapa dekade lalu. Terbukti banyak karya film yang lahir dalam kurun waktu tersebut. Kehadiran film “Tanah SurgaÂ... Katanya?” atau film-film yang bertema Nasionalisme seolah oase di tengah redupnya rasa nasionalisme masyarakat Indonesia. Dalam film ini digambarkan bahwa permasalahan nasionalisme merupakan taruhan setiap hari bagi masyarakat di perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia. Melalui metode penelitian analisis isi dengan pendekatan deskriptif kuantitatif di mana data yang diperoleh berasal dari mengamati film “Tanah Surga Katanya” dan kemudian di analisis sesuai struktur kategori yang telah ditentukan yang merujuk pada unsur Pesan Nasionalisme. Unit Analisis dalam penelitian ini adalah 86 scene dengan durasi 90 menit dalam film “Tanah Surga Katanya”. Satuan ukur dari penelitian ini adalah frekuensi kemunculan pesan nasionalisme lewat durasi satuan detik dari kategori yang terdapat dalam setiap scene. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan uji reliabilitasnya menggunakan rumus Holsty. Hasil penelitian berdasarkan pengkodingan data yang dilakukan dalam film “Tanah Surga Katanya” yang terdiri dari 86 Scene atau 5400 detik terdapat 36 Scene atau 1772 detik dalam film “tanah surga Katanya” yang mengandung pesan Nasionalisme. Porsi kemunculan kategori paling besar adalah kategori Nasionalisme Kewarganegaraan dengan durasi sebanyak 736 detik yang terdiri dari tiga indikator, yaitu indikator Mewujudkan Negara sebanyak 449 detik atau 25%, indikator Mengakui Negara sebanyak 188 detik atau 11%, serta indikator Membela Negara sebanyak 99 detik atau 6%. Kategori Nasionalisme Budaya terdapat 481 detik masing-masing terdapat pada dua indikator, yaitu indikator Memperjuangkan budaya terdapat sebesar 338 detik atau 19%, serta indikator Kecintaan akan budaya terdapat sebesar 143 detik atau 8%. Kategori Nasionalisme Kenegaraan terdapat 332 detik, masing-masing terdapat pada dua indikator, yaitu indikator Negara sebagai alasan perjuangan sebesar 148 detik atau 8%, serta indikator Keinginan membentuk Negara sebesar 184 detik atau 10%. Dan yang terakhir Kategori Nasionalisme Etnis terdapat 223 detik masing-masing terdapat pada dua indikator, yaitu indikator Kebanggaan atas etnis sebesar 65 detik atau 4%, serta indikator Memperjuangkan etnis sebesar 158 detik atau 9%. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa film ini memberikan porsi yang banyak pada kategori nasionalisme kewarganegaraan untuk menunjukkan bahwa biarpun sulitnya hidup di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia dengan segala ketimpangannya, masyarakat perbatasan masih mengakui dan membela Negara Indonesia sebagai Negara tempat tinggal mereka dan terus berjuang untuk mewujudkan Negara mereka. Sedangkan kategori nasionalisme etnis mendapatkan porsi paling sedikit karena dalam film ini masih menunjukkan kenyataannya bahwa masih banyak warga perbatasan yang rela meninggalkan Indonesia untuk berpindah kewarganegaraan ke Malaysia demi kehidupan yang lebih baik.