STUDI PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN SINDROM NEFROTIK (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang)

Main Author: SYUKUR, CAHYA DAMARIYAH
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/26102/1/jiptummpp-gdl-cahyadamar-36701-2-bab1.pdf
http://eprints.umm.ac.id/26102/2/jiptummpp-gdl-cahyadamar-36701-1-pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/26102/
Daftar Isi:
  • ditandai dengan menifestasi klinis berupa proteinuria, hipoalbumin, edema anasarka, dan hiperkolesterol. Ada 2 penyebab terjadinya sindrom nefrotik yaitu sindrom nefrotik primer dan sindrom nefrotik sekunder. Pemberian kortikosteroid yang tepat sangat penting dalam menentukan keberhasilan terapi. Kortikosteroid bekerja sebagai anti inflamasi untuk memperbaiki kerusakan glomerulus. Tujuan: untuk mengetahui pola penggunaan kortikosteroid pada pasien sindrom nefrotik serta mengetahui hubungan terapi terkait jenis, dosis, rute pemberian, frekuensi dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik dan data laboratorium pasien. Metode: Penelitian observasional berupa studi retrospektif pada pasien sindrom nefrotik periode Januari 2011 sampai Desember 2013 Hasil & Kesimpulan: Pola penggunaan kortikosteroid adalah terapi tunggal dan terapi kombinasi. Kortikosteroid digunakan secara tunggal sebanyak 94% dan kortikosteroid kombinasi sebanyak 6%. Penggunaan kortikosteroid tunggal yang paling banyak adalah prednison (5mg) peroral dengan dosis penggunaan sesuai dengan berat badan pasien dan sesuai rentang penggunaan dosis 40mg-60mg/hari (maksimal 80mg/hari), sedangkan penggunaan kortikosteroid kombinasi yang paling banyak adalah kombinasi deksamethason (3x4mg) secara intravena dengan metilprednisolon (3x16mg) peroral. Penggunaan kortikosteroid yang diberikan pada pasien sindrom nefrotik secara garis besar sudah sesuai dengan guidelines. Kata Kunci: kortikosteroid, sindrom nefrotik, rawat inap ix