HUBUNGAN RIWAYAT KEJANG DEMAM DENGAN KEJADIAN EPILEPSI PADA ANAK
Main Author: | Hasyim, Dewi Septina Sari |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/25922/1/jiptummpp-gdl-dewiseptin-36696-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/25922/2/jiptummpp-gdl-dewiseptin-36696-2-bab1.pdf http://eprints.umm.ac.id/25922/ |
Daftar Isi:
- Kejang demam merupakan kejang yang paling sering dialami oleh bayi dan anak, lebih dari 90 % terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Kejang demam merupakan kejang yang berkaitan dengan kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Sebagian besar kejang demam sembuh dengan sempurna, namun sebagian dapat berkembang menjadi epilepsi. Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak, jantung, otot, dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Pireksia akan menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin bertambah. Pada kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa hipotensi arterial, hiperpireksia sekunder akibat aktifitas motorik, dan hiperglikemia. Hal ini akan mengakibatkan iskemia neuron karena kegagalan metabolisme di otak. Sehingga dapat menimbulkan kerusakan anatomi otak berupa kehilangan neuron dan gliosis terutama di daerah hipokampus dan amigdala. Kerusakan di daerah ini merupakan prekursor timbulnya epilepsi lobus temporalis yang berlatar belakang kejang demam.