HUBUNGAN TINGKAT INTERAKSI SOSIAL DAN FREKUENSI KEHADIRAN DALAM KEGIATAN POSYANDU DENGAN KEJADIAN DEMENSIA BERBEDA JENIS KELAMIN DI DESA NGADIREJO KABUPATEN MALANG
Main Author: | WARDANI, RIKA KUSUMA |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/25902/1/jiptummpp-gdl-rikakusuma-35640-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/25902/2/jiptummpp-gdl-rikakusuma-35640-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/25902/ |
Daftar Isi:
- Latar belakang : Demensia merupakan gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian yang mengganggu ataupun tidak mengganggu. Demensia sering terjadi pada lansia yang berusia diatas 50 tahun. Jumlah orang yang mengalami demensia di Indonesia diperkirakan 1 juta orang mengalami demensia dengan jumlah lanjut usia 20 juta orang kira-kira 5% usia lanjut 65-70 tahun menderita demensia dn meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai 45% pada usia diatas 85 tahun. Hal ini menyebabkan lansia akan mengalami penurunan kemampuan tubuh dan panca indera. Sehingga interaksi sosial sangat berperan penting pada lansia yang menderita demensia. Dengan adanya interaksi sosial yang sering dilakukan lansia maka kejadian demensia yang dialami lansia juga semakin rendah. Metode Penelitian : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah deskriptif analitik, populasi adalah lansia yang hadir dalam kegiatan posyandu lansia di Desa Ngadirejo Kabupaten Malang. Dalam pemilihan sampel dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Didapatkan 16 lansia yang hadir dalam kegiatan posyandu lansia di Desa Ngadirejo Kabupaten Malang sebagai sampel dalam penelitian. Data dikumpulkan dengan kuesioner kemudian dianalisa dengan menggunakan system komputerisasi SPSS versi 15 dan Uji Chi Square. Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikasi interaksi sosial 0,003 dan nilai signifikansi frekuensi kehadiran 0,766. Dari perhitungan tingkat interaksi sosial tersebut dapat diketahui bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 tabel dengan signifikasi 0,005 sehingga H0 ditolak, sedangkan perhitungan frekuensi kehadiran dapat diketahui bahwa X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel dengan signifikasi 0,766 sehingga H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada ketergantungan antara interaksi sosial dengan kejadian demensia dan tidak ada ketergantungan antara frekuensi kehadiran dengan kejadian demensia. Kesimpulan : Terdapat ketergantungan yang signifikan antara tingkat interaksi sosial dengan kejadian demensia dan tidak ada ketergantungan antara frekuensi kehadiran dengan kejadian demensia di Posyandu Lansia Desa Ngadirejo Kabupaten malang