PEMBATALAN KOREA SELATAN TERHADAP KERJASAMA GENERAL SECURITY OF MILITARY INFORMATION AGREEMENT (GSOMIA) DENGAN JEPANG
Main Author: | Prasetya, Romandhika Adi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/25694/1/jiptummpp-gdl-romandhika-37017-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/25694/2/jiptummpp-gdl-romandhika-37017-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/25694/ |
Daftar Isi:
- Kawasan Asia Timur merupakan kawasan yang rentan konflik karena dipengaruhi beberapa hal. Dimulai dari sejarah kelam yang menjerat kawasan Asia Timur, seperti sejarah perbudakan sex (jugun ianfu) yang dilakukan oleh militer Jepang pada masa PD II, perbedaan ideologi yang dianut oleh negara-negara di kawasan Asia Timur, serta perebutan wilayah yang sampai saat ini belum pernah terselesaikan. Pembatasan negara Jepang dalam bidang militer membuat, pemerintah jepang memiliki inisiatif membuat sebuah kerjasama dalam bidang militer dengan Korea Selatan yang diberi nama General Sesurity of Military Informaton Agreement (GSOMIA). Pada awalnya Korea Selatan menyambut ajakan Jepang dalam kerjasama GSOMIA, namun satu jam sebelum penandatangan kerjasama ini yang dilakukan oleh kedua negara, pemerintah Korea Selatan membatalkan kerjasama GSOMIA yang sudah dibicarakan sebelumnya. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pemerintah Korea Selatan membatalkan kerjasama GSOMIA. Adanya opini publik yang sentimen terhadap Jepang atau anti Jepang dengan didukung partai oposisi Korea Selatan. Munculnya sentimen anti Jepang kembali menguat di Korea Selatan akibat pernyataan Perdana Menteri Shinzo Abe yang menyanggah keterlibatan militer Jepang dalam praktek sistem perbudakan seksual (jugun ianfu). Pernyataan yang dikeluarkan oleh Perdana Mentri Shinzo Abe membuat terluka rakyat Korea Selatan terutama generasi tua yang masih ingat peristiwa perbudakan sex yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Faktor inilah membuat Korea Selatan membatalkan kerjsama GSOMIA.