REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM (Analisis semiotika pada film Sang Penari karya Ifa Isfansyah)
Main Author: | NUGROHO, DWI WAHYU |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/25603/1/jiptummpp-gdl-dwiwahyunu-36419-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/25603/2/jiptummpp-gdl-dwiwahyunu-36419-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/25603/ |
Daftar Isi:
- Film merupakan medium komunikasi massa. Dimana sutradara akan menyampaikan pesannya melalui visualisasi dan dialog di dalamnya kepada para khalayak atau penontonya. Dalam pembuatan film, kerap kali dijumpai sosok perempuan sebagai penghias ide kreatif seorang sutradara untuk memperindah dan mempermudah hasil karya yang ditampilkan mendapatkan simpatik dari audiens. Perempuan dimanfaatkan untuk objek yang bisa dijadikan daya pikat penonton atau segmentasi. Peran perempuan dalam sebuah film biasanya selalu menampilkan realitas-realitas dan kodrat perempuan pada umumnya. Dari sinilah peneliti tertarik untuk mengetahui representasi perempuan yang ada dalam film Sang Penari karya Ifa Isfansyah. Karena dalam film Sang Penari ini peneliti banyak melihat adanya peran perempuan yang disajikan oleh sang sutradara. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana representasi perempuan dalam film Sang Penari Ifa Isfansyah. Representasi merupakan suatu proses dimana konsep - konsep ideologi absrtak, yang terdapat dalam pola pikir seseorang, terungkapkan dan tercermin lewat perilaku seseorang tersebut dalam dunia nyata (realitas). Para teoritikus menyatakan bahwa film dewasa ini merupakan perkembangan produksi film yang dianggap sebagai kerja kolaboratif, yaitu melibatkan sejumlah tenaga kreatif seperti sutradara, penulis skenario, penata kamera, penyunting, penata artistik dan pemeran. Unsur-unsur kreatif ini saling mendukung dan mengisi untuk membentuk totalitas film (Sumarno,1996:107). Metode penelitian ini menggunakan analisis semiotik yang mengacu pada model semotik Charles Sander Pierce. Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif interpretatif. Lingkup penelitian ini adalah pemaknaan tanda representasi perempuan pada visualisasi film Sang Penari yang terdiri dari 86 scene dengan durasi 111 menit. Unit analisis penelitian ini berupa shot dari scene yang telah dipisah. Teknik analisa data yang digunakan adalah menggunakan model triangle meaning yang terdiri dari indek, ikon dan simbol sebagai perangkat semiotik. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dalam film Sang Penari, perempuan direpresentasikan melalui sosok srintil. Penokohan sosok srintil direpresentasikan sebagai perempuan Jawa yang erat kaitannya dengan urusan kasur, sumur dan dapur sesuai stereotipe perempuan Jawa pada umumnya. Hal ini diperkuat dari adanya shot yang menceritakan tentang kehidupan srintil dalam lingkup domestik seperti ketika membantu memasak, menemani Rasus tidur, dan juga ketika membersihkan rumah Rasus untuk membantu ibunya yang sakit. Proses representasi yang lain dalam film ini perempuan dalam ruang publik digambarkan sebagai penghibur. Hal ini diperkuat adanya shot yang mendapuk Srinthil sebagai seorang penari ronggeng. Dimana dalam shot tersebut,ditemukan tanda yang mendukung seperti bahasa tindak sang penari yang gemulai, pakaian yang digunakan Srinthil yaitu kemben, warna kuning pada selendang, suasana malam hari dan juga banyaknya para lelaki yang ikut menari. Perempuan juga digambarkan sebagai obyek seksualitas, yang ditandai dengan adanya shot yang menceritakan Srinthil sedang bersolek pada sebuah kamar dengan jendela terbuka. Hal ini dapat di jelaskan bahwa keelokan tubuh seorang penari yang berbalut kebaya atau kemben dengan make up atau dandanan sedemikian rupa untuk sebuah kecantikan seperti memberikan penawaran tentang seksualitas dari penari tersebut. Setiap gerakan gemulai dari sang penari juga menambah daya pikat bagi para laki-laki untuk segera mendapatkannya. Dalam budaya Jawa jaman dahulu, atau bahkan sekarang, perempuan dengan balutan kebaya memberikan daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya.