KONSTRUKSI PEMBERITAAN SURAT KABAR TENTANG KASUS SUAP KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI AKIL MOCHTAR Study Framing pada Koran Kompas Edisi 4,5 dan 9 Oktober 2013 dan Koran Jawa Pos Edisi 4,11 Oktober 2013 dan 30 Januari 2014

Main Author: RAMADHANA, INDAH NUR SUCI
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/25536/1/jiptummpp-gdl-indahnursu-36561-1-pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/25536/2/jiptummpp-gdl-indahnursu-36561-2-babi.pdf
http://eprints.umm.ac.id/25536/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan untuk menginterprestasi frame Harian Kompas dan Jawa Pos dalam mengkonstruksi kasus ketua MK Akil Mochtar Atas dugaan menerima suap. Isi media selalu mengarah kepentingan pihak yang membiayai mereka. Peneliti memilih kasus suap Akil Mochtar sebagai obyeknya, karena kasus ini merupakan kasus yang fenomenal dan Kompas dan Jawa Pos membahas panjang lebar tentang kasus ini. Dalam hal ini peneliti ingin mengaji lebih mendalam lagi terhadap media cetak Harian Kompas dan Jawa Pos dengan menggunakan metode analisis framing. Adapun teori yang digunakan peneliti yaitu metode analisis framing pan dan Kosicki, dengan membagi strukstur framing kedalam empat struktur analisis yang bersifat empiris dan operasional, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Dengan demikian, dapat diketahui dengan jelas apa maksud tersembunyi dalam pembingkaian yang dilakukan surat kabar harian Kompas dan harian Jawa pos tentang pemberitaan kasus suap ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif. Metode ini digunakan untuk membedakan cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Kemudian hasilnya akan disajikan secara deskriptif. Deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengekplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Hasil penelitian diketahui bahwa Jawa Pos lebih condong pada siapa (who), apa (What) dan kenapa (Why). Jawa Pos cenderung Blak-blakan dalam menyingkap kasus yang membelit Akil Mochtar sesuai ciri khas ke Jawa Timurannya dan membahas keterkaitan kasus dengan pilkada Jatim yang sempat bermasalah. Sedangkan Kompas lebih cenderung lebih banyak menyorot siapa (Who) dan apa (What) serta Bagaimana (How). Kompas cenderung menyorot pada kekecewaan masyarakat tentang kasus ini. bersikap mengkritik namun dengan bahasa yang halus namun didukung dengan data-data penyidikan yang lengkap sehingga dapat menyimpulkan sendiri akan berita yang disajikan. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan bahwa secara teknis konstruksi kedua media tersebut dalam membingkai kasus suap ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar telah melakukan pembingkaian berita dengan baik yaitu masih berpegang teguh pada ideologi dan sesuai motto masing-masing. Kompas masih mempertahankan motto nya yaitu ‘Amanat Hati Nurani RakyatÂ’, motto tersebut menunjukkan bahwa Kompas berkotmitmen juga untuk menyuarakan hati nurani rakyat. Kompas cenderung menyoroti tentang bagaimana kekecewaan masyarakat tentang kasus tersebut, dengan cara membingkai beritanya secara blak-blakan menunjukkan keboblokan seorang hakim tinggi negara, dalam setiap pemberitaan dan ulasannya Kompas berusaha menggugah nurani pembaca sekaligus mengajak pembaca untuk berfikir cerdas dalam menghadapi setiap pemberitaan. Kompas juga cenderung menggunakan bahasa-bahasa yang intelek, Hal ini mengingat Sasaran Harian kompas adalah kalangan intelektual, Mahasiswa. Sedangkan Jawa Pos cenderung menyoroti tentang diri Akil Mochtar yaitu digambarkan sebagai seseorang yang mencoreng nama baik negara Indonesia dimata dunia yang pantas dihukum berat. Dalam pemilihan kata atau gaya dalam retoris, Jawa Pos hanya menggunakan kata atau gaya sesuai dengan porsi dan tidak hiperbola atau berlebihan. Namun, cenderung mengarah pada citra negatif pada Akil Mochtar. Jawa Pos juga dalam membingkai beritanya tentang kasus tersebut masih mengkait-kait kan dengan pilkada Jatim yang sempat bermasalah saat ditanggani Akil Mochtar. Hal ini dilakukan Jawa Pos untuk mempertakankan icon kedaerahnya yaitu Jawa Timur karena sasaran utamanya merupakan masyarakat Jawa Timur sehingga Jawa Pos akan mengkaitkan setiap pembingkaian beritanya dengan Jawa Timur.