REPRESENTASI REMAJA MODERN DALAM FILM TERRITORIAL PISSINGS (ANALISIS SEMIOTIK PADA FILM TERRITORIAL PISSINGS KARYA JASON ISKANDAR)

Main Author: Nurpratikno, Restu
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/24921/1/jiptummpp-gdl-restunurpr-37014-1-pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/24921/2/jiptummpp-gdl-restunurpr-37014-2-babi.pdf
http://eprints.umm.ac.id/24921/
Daftar Isi:
  • Latar belakang penelitian ini di dasari atas fenomena bangkitnya perfilman Indonesia dan tingkah laku para remaja di sekitar kita. Salah satu dampak bangkitnya perfilman adalah mulai bermunculan para pembuat (sineas) film pendek yang berlabelkan indie. Salah satunya adalah Jason Iskandar dengan Territorial Pissings. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana representasi remaja modern yang terdapat di balik film Territorial Pissings. Dalam konteks komunikasi massa, film menjadi salah satu media atau saluran penyampaian pesan, apakah itu pesan verbal atau nonverbal. Pesan film, baik itu denotasi maupun konotasi, terangkai melalui bahasa verbal dan nonverbalnya. Apabila pesan dapat di interpretasi atau dimaknai oleh penonton, maka komunikasi berjalan dengan baik. Pada media massa (film), proses komunikasi yang bersifat verbal dan nonverbal berkedudukan saling melengkapi. Berbeda dengan bahasa tulis maupun lisan, film tidak terdiri dari satuan-satuan terpisah melainkan suatu sistem yang memiliki kesinambungan arti. Oleh karena itu, bahasa film tidak cukup jika di paparkan secara kuantitatif. Hal ini yang mendasari peneliti untuk melakukan studi dengan menggunakan pendekatan metode analisis semiotika pada salah satu karya (film) dari sutradara Jason Iskandar. Film dengan judul “Territorial Pissings” ini, mengangkat realitas kehidupan di lingkungan masyarakat kita khususnya remaja. Gambaran realitas masyarakat (urban) Jakarta yang penuh dengan problematika sosial, disampaikan secara verbal dan nonverbal kedalam bentuk film yang di produksi pada tahun 2010 ini, dengan persoalan utama yaitu tingkah laku (sikap) para remaja modern kita saat ini. Semiotika dan semiologi, sebenarnya kedua-duanya mempelajari tentang tanda. Perbedaan istilah itu, lebih pada perbedaan orientasi. Pertama semiologi mengacu pada tradisi Eropa yang bermula oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913), sedangkan istilah semiotika mengacu pada tradisi Amerika yang sangat dipengaruhi oleh Charles Sanders Peirce (1839-1914). Istilah semiotika atau semiotik dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh Charles Sanders Pierce yang berasal dari Amerika. Secara umum penelitian ini pada akhirnya menggambarkan pesan yang ada di balik film dan memaknai tanda-tanda yang terdapat dalam film “Territorial Pissings” ini, baik yang tampak maupun tersembunyi. Sehingga peneliti lebih memilih untuk menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis semiotik sebagai dasar penelitiannya. Berdasarkan hasil analisa data dapat di ketahui bahwasannya, film “Territorial Pissings”, mampu mendekonstruksikan budaya yang terjadi pada remaja modern saat ini. Tiap scene memiliki arti tersendiri dan menjadi jawaban dari judul film tersebut. “Territorial Pissings” dapat diartikan daerah buang air kecil atau jika kita masuki lebih dalam lagi maka akan merujuk kepada jenis kelamin dan jenis kelamin merujuk pada gender. Karena pemainnya hanya 2 orang, laki-laki dan perempuan maka alat mereka kencing juga akan beda. Selain itu, makna pesan dalam film ini ibarat menyadarkan kita bahwa perempuan tidak selalu di bawah dan mereka juga bisa melakukan apa yang kita bisa.