ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

Main Author: Fuad, Idah Lumhatul
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://eprints.umm.ac.id/23997/1/jiptummpp-gdl-idahlumhat-40814-1-pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/23997/2/jiptummpp-gdl-idahlumhat-40814-2-babi.pdf
http://eprints.umm.ac.id/23997/
Daftar Isi:
  • Degradasi hutan serta kebutuhan kayu sebagai bahan baku industri yang terus meningkat sepanjang tahun memungkinkan peluang usaha pembibitan sengon terbuka lebar. Mengidentifikasi biaya, pendapatan serta pola pemasaran bibit sengon sehingga diketahui tingkat efisiensinya merupakan tujuan penelitian dan sekaligus menjawab permasalahan yang ditemukan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kedunglurah Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa masyarakat Desa Kedunglurah telah mengusahakan pembibitan sengon dan memasarkannya. Jumlah sampel sebanyak 29 petani yang dipilih melalui metode stratified random sampling dan 6 pelaku pemasaran dengan metode snowball sampling. Tingkat efisiensi usaha diukur dengan perbandingan antara biaya total dengan total penerimaan (R/C ratio) sedangkan tingkat efisiensi pemasaran dianalisis dengan nilai margin dan share harga. Total biaya produksi usaha pembibitan sengon strata I sebesar Rp 3.110.190,- strata II 6.193.333,- dan strata III 29.143.333,-. Pendapatan petani pada saat menjual bibit sengon seharga Rp 650,- berturut-turut sebesar Rp 3.018.666,-, Rp 6.084.517, , 27.736.667,-. Nilai efisiensi usaha pembibitan sengon strata I 1,97, strata II 1,98 dan strata III 1,7 mengindikasikan bahwa secara keseluruhan usaha pembibitan sengon dinilai efisien dan menguntungkan. Terdapat 6 pola saluran pemasaran dalam usaha pembibitan sengon di Desa Kedunglurah. Saluran terpanjang terdapat pada saluran pemasaran IV yakni petani---makelar---pedagang besar---pengecer---konsumen. Panjangnya saluran pemasaran berarti semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat sehingga keuntungan masing-masing lembaga pemasaran semakin kecil. Keuntungan terbesar yang diterima petani dari pemasaran bibit sengon adalah pada saluran I yakni pada saat petani menjual secara langsung kepada konsumen seharga Rp 1.000,-. Margin pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran V dan VI yakni sebesar Rp 750,-. Keuntungan lembaga pemasaran terbesar yaitu Rp 550,- dan Rp 500 adalah pada saluran V dan VI dimana petani menjual bibit sengon untuk memenuhi pesanan proyek seharga Rp 250,-. Share harga pada masing-masing saluran pemasaran berturut-turut 100%, 90%, 65%, 65%, 25%, 25%. Diketahui bahwa saluran pemasaran V dan VI menunjukkan kondisi pemasaran yang tidak efisien dilihat dari nilai share yang kurang dari 40%. Pola saluran V dan VI tetap dipilih petani dengan pertimbangan kapasitas penjualan yang besar sehingga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga ataupun pengembalian modal pinjaman.