AKULTURASI BUDAYA DALAM FILM (Analisis Semiotika dalam Film Serdadu Kumbang Karya Ari Sihasale)
Main Author: | Qudrianto, Yendri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/22065/1/jiptummpp-gdl-yendriqudr-40540-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/22065/2/jiptummpp-gdl-yendriqudr-40540-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/22065/ |
Daftar Isi:
- Film dinyatakan sebagi bentuk dominan dari media massa. Pembuatan sebuah film yang berisi kritikan serta mengangkat tema mengenai kehidupan kelompok masyarkat dengan kebudayaan tertentu merupakan salah satu tema film yang diminati oleh para penikmat film diseluruh dunia. Indonesia adalah negara dengan kebudayaan yang sangat beragam. Namun, keberagaman budaya tidak selamanya memberikan dampak positif. Terjadinya masalah yang dilatarbelakangi perbedaan agama, suku, bahasa serta ras merupakan dampak negatif dari keberagaman budaya. Selain itu penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain yang disebabkan oleh migrasi penduduk menyebabkan terjadinya dinamika-dinamika dalam kebudayaan, diantaranya akulturasi budaya. Penelitian ini menggunakan model semiotika Roland Barthes, untuk meneliti setiap scene dan shot dalam film Serdadu Kumbang karya Ari Sihasale yang dirilis tahun 2011. Penelitian ini difokuskan untuk mencari makna denotasi, konotasi serta mitos, terhadap tanda-tanda yang mereperesentasikan akulturasi budaya antara suku Sumbawa sebagai penduduk lokal dan suku Bajo sebagai pendatang. Melalui penelitian yang dilakukan secara teliti serta kolaborasi dengan dokumen-dokumen yang relevan, akhirnya ditemukan adegan-adegan dalam film Serdadu Kumbang yang mereperesentasikan terjadinya akulturasi budaya dalam beberapa unsur kebudayaan. Hasil penelitian menunjukan, pesan akulturasi budaya antara masyarakat lokal suku Sumbawa dengan suku Bajo dalam film ini digambarkan dalam beberapa scene melalui adegan serta dialognya. Akulturasi budaya tersebut meliputi, system peralatan hidup dan teknologi yang dalam film ini digambarkan terlihat sama meskipun difungsikan secara berbeda didalam kedua suku, sistem organisasi sosial, yang digambarkan dengan perkawinan antar suku, perubahan pola fikir anak-anak suku Sumbawa dalam memilih wilayah bermain yang menyebabkan bertambahnya mata pencarian mereka kedepan, yaitu menjadi nelayan seperti masyarakat suku Bajo. Kesimpulannya, proses akulturasi budaya antara masyrakat suku Sumbawa dan suku Bajo di dalam film ini digambarkan dengan kesamaan dalam unsur-unsur budaya fisik serta perubahan pola fikir masyarakat suku Sumbawa yang mulai hidup lebih terbuka dan menerima kehadiran budaya lain.