LAJU DEKOMPOSISI DAN PRODUKTIVITAS SERASAH JATI PLUS PERHUTANI (JPP) PADA BERBAGAI TINGKAT PERTUMBUHAN DAN LOKASI DI KPH NGAWI
Main Author: | RAHAYU, ERNI MUKTI |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/21939/1/jiptummpp-gdl-ernimuktir-42464-1-pendahul-n.pdf http://eprints.umm.ac.id/21939/2/jiptummpp-gdl-ernimuktir-42464-2-babi.pdf http://eprints.umm.ac.id/21939/ |
Daftar Isi:
- Serasah sebagai penyumbang unsur hara pada tanah setelah mengalami proses dekomposisi oleh dekomposer ( bakteri, jamur, cacing, dll). Produktivitas serasah dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan membuat tanah menjadi produktif. Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dapat melalui pemberian pupuk baik pupuk organik maupun an organik. Penyediaan pupuk organik dapat dilakukan melalui dekomposisi serasah jati yang dihasilkan dari tegakan ,cabang, ranting dan daun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju dekomposisi dan produktivitas serasah jati plus perhutani dan jumlah unsur hara yang terdapat pada serasah. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara faktorial. Faktor pertama pertumbuhan (P) yang terdiri dari tiga level, yaitu level P1 (pertumbuhan baik), P2 (pertumbuhan sedang) dan P3 (pertumbuhan kurang). Faktor kedua lokasi (L) yang terdiri dari lima level, yaitu L1 (blok a), L2 (blok b), L3 (blok c), L4 (blok d) dan L5 (blok e). Prosedur pengamatan produktivitas serasah menggunakan littertrap berukuran 1x1 m yang dipasang pada masing-masing blok dengan ulangan 3 littertrap pada tiap blok. Sedangkan untuk mengetahui laju dekomposisi menggunakan litterbag yang diletakkan pada masing-masing blok. Data dianalisis ragam F untuk mengetahui pengaruh perlakuan kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan p 0,05. Peubah yang diamati adalah bobot basah produktivitas serasah, bobot kering produktivitas serasah, kadar air, bobot basah, bobot kering, laju dekomposisi, nilai laju dekomposisi dan penguraian serasah. Secara statistik perlakuan P tidak berbeda nyata dengan peubah yang lain, pada pengamatan produktivitas serasah bobot basah terberat pada 30 hsp P1 = 8,5360 g/bulan, 60 hsp P1 = 11,9100 g/bulan, 90 hsp P2 = 42,3430 g/bulan, 120 hsp P1 = 50,4360 g/bulan, 150 hsp P2 = 43,3560 g/bulan. Pada perlakuan L, bobot basah terberat pada pengamatan 30 hsp L5 = 8,0867 g/bulan, 60 hsp L3 = 10,6907 g/bulan, 90 hsp L5 = 47,9840 g/bulan, 120 hsp L2 = 54,8870 g/120 hari, 150 hsp L3 = 44,580 g/bulan. Bobot kering serassah JPP secara keseluruhan bobot kering terberat pada perlakuan P adalah P1 = 46,4960 g/bulan pengamatan 120 hsp, sedangkan pada perlakuan L secara keseluruhan bobot kering terberat L2 = 51,0930 g/bulan. Ada pun faktor yang mempengaruhi produktivitas antara lain angin, tinggi batang bebas cabang, tajuk tanaman. Secara keseluruhan kadar air tertinggi pada perlakuan P adalah P1 = 5,6400 g/bulan, sedangkan pada perlakuan L kadar air tertinggi L5 = 24,2900 g/bulan, namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan peubah lainnya. Pada uji Duncan p 0,05 laju dekomposisi tidak berbeda nyata dengan peubah yang lain, secara keseluruhan laju dekomposisi tercepat pada perlakuan P adalah P1 = 0,0056 g/bulan, sedangkan laju dekomposisi pada perlakuan L secara keseluruhan yang tercepat L5 = 0,0053 g/bulan. Penguraian serasah terberat selama pengamatan pada P1 = 4,6300 g/bulan, sedangkan secara keseluruhan pada perlakuan L penguraian seresah terberat L4 = 4,3700 g/bulan. Secara statistik tidak berbeda nyata dengan peubah yang lain. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut terhadap jenis dan waktu yang berbeda serta jumlah contoh penelitian ditambah.