EVALUASI PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN TEGEL CV PENATARAN BLITAR
Main Author: | Prasetiyo, Denny |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2006
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/13338/1/EVALUASI_PENERAPAN_BIAYA_STANDAR_SEBAGAI_ALAT_PENGENDALIAN_BIAYA_PRODUKSI_PADA_PERUSAHAAN_TEGEL_CV_PENATARAN_BLITAR.pdf http://eprints.umm.ac.id/13338/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini dilakukan di CV. Penataran Blitar, yang berlokasi di jalan kelud No. 69 Blitar. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi tegel. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Evaluasi Penerapan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada Perusahaan Tegel pada CV. Penataran Blitar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa pengendalian biaya yang ada diperusahaan telah berjalan dengan baik, sehingga penyimpangan-penyimpangan biaya produksi dapat segera diketahui dan juga untuk mengetahui bahwa biaya produksi diperusahaan telah berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan. Dalam melakukan penelitian alat yang digunakan untuk mengevaluasi biaya produksi adalah selisih atau varian, dimana dalam mengevaluasi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja menggunakan metode 2 selisih, sedangkan dalam mengevaluasi biaya overhead pabrik menggunakan metode 3 selisih. Dari evaluasi biaya produksi dapat diketahui bahwa terdapat penyimpangan yang bersifat merugikan, pada harga bahan baku sebesar Rp 18.625 per 12 M2 untuk tegel biasa yang merupakan selisih yang tidak menguntungkan dan Rp 42.750 per 12 m2 untuk pemakaian bahan baku terdapat selisih yang tiadak menguntungkan, lalu untuk tegel teraso per 10 M2 terdapat selisih pada haraga bahan baku sebesar 31.842 yang merupakan selissih tidak menguntungkan dan Rp 39.254 untuk pemakain bahan baku terdapat selisih yang tidak menguntungkan. Untuk biaya tenaga kerja terdapat selisih sebesar Rp 23.8373947,2 untuk tegel biasa yang merupakan selisih yang merugikan dan sebesar Rp 19.123.660 untuk tegel teraso yang merupakan selisih yang merugikan. Dalam mengevaluasi biaya overhead pabrik terdapat selisih pengeluaran sebesar Rp 33.945, selisih kapasitas sebesar Rp 0, selisih efisiensi sebesar Rp 14.528.021,7 untuk tegel biasa dan untuk tegel teraso terdapat selisih pengeluaran sebesar Rp – 1.398.273,8, selisih kapasitas sebesar Rp 0, selisih efisiensi sebesar Rp 13.879.573,6. Dari hasil pengevaluasian dapat diketahui adanya penyimpangan yang bersifat tidak menguntungkan perusahaan, yang disebabkan karena standarnya yang kurang tepat dan juga pelaksanaannya. Sehubungan dengan kesimpulan diatas maka, penulis dapat memberikan saran : daiharapkan perusahaan melakukan seleksi terhadap tenaga kerja yang masuk sehingga tenaga kerja dapat dilakukan dengan baik dan teratur, pengawasan terhadap pemakaian bahan baku dan pelaksanaan jam kerja lebih ditingkatkan agar pemborosan pemakain bahan baku khususnya bahan baku dan kerja dapat dikurangi, kebijaksanaan alokasi terhadap biaya overhead pabrik tidak menyimpang terlalu besar dari anggaran.