ANALISIS KOMPARASI USAHA TANI BAWANG MERAH DENGAN SISTEM JARING DAN NON JARING Studi Kasus di Desa Mranggon Lawang Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo
Main Author: | SUNAMTORO, AGUK |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2006
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/12610/1/ANALISIS_KOMPARASI_USAHA_TANI_BAWANG_MERAH_DENGAN_SISTEM_JARING_DAN_NON_JARING_Studi_Kasus_di_Desa_Mranggon_Lawang_Kecamatan_Dringu_Kabupaten_Probolinggo.pdf http://eprints.umm.ac.id/12610/ |
Daftar Isi:
- Dalam pengembangan usahatani melalui penggunaan teknologi tepat guna dapat memperbaiki hasil produksi pertanian. Penggunaan teknologi jaring dalam berusahatani bawang merah menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam memberikan kontribusi dalam menyediakan sayuran di sektor holtikultura, khususnya dalam memenuhi kebutuhan nasional Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan struktur biaya sarana produksi, penerimaan dan pendapatan antara penerapan sistem jaring dan non jaring pada usahatani bawang merah. Hipotesa penelitian sebagai berikut: (1) Diduga dengan penerapan sistem jaring dapat meningkatkan hasil produksi usahatani bawang merah. (2) Diduga petani yang sudah mengaplikasikan sistem jaring pada budidaya bawang merah lebih efektif dan efisien, baik dari segi biaya maupun pendapatan daripada yang tidak mengaplikasikan jaring. Penelitian dilakukan secara Purposive dengan pertimbangan bahwa Desa Mronggon Lawang merupakan salah satu sentra usahatani bawang merah yang menerapkan sistem jaring. Teknik pengambilan sampel dengan metode Quota Sampling digunakan apabila populasinya tidak diketahui secara pasti. Setiap lapisan dalam populasi harus diwakili dengan proporsi yang sama seperti proporsi pada populasinya, maka jumlah quota untuk setiap lapisan dapat ditentukan. Penentuan sampel petani jaring sebesar 20 responden dan petani non jaring sebesar 20 responden yang ada di Desa Mranggon Lawang. Pada penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan analisis finansial Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan, sedangkan analisis finansial dimaksudkan untuk menarik kesimpulan hipotesis berdasarkan data primer. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis biaya sarana pro-duksi, penerimaan, pendapatan, analisis efisiensi usahatani, dan analisis kom-parasi (uji beda). Dari hasil analisis usahatani bawang merah rata- rata biaya tetap petani jaring berbeda dengan petani non jaring. Dari perhitungan statistik diperoleh nilai t hitung sebesar 14,662 sedangkan nilai t tabel pada taraf kepercayaan 95% adalah 2,021 (db: 38) berarti nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak, yang mana biaya penyusutan media jaring dimasukkan kedalam biaya tetap, sehingga rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan petani jaring berbeda dengan petani non jaring. Pada hasil analisis rata-rata biaya variabel usahatani bawang merah petani jaring sebesar Rp 27.585.407/Ha dan petani non jaring Rp 28.469.894/ha. Keduanya menunjukkan adanya perbedaan dari segi biaya variabel yang dikeluarkan, dari analisis uji beda diperoleh nilai t hitung sebesar 0,389 sedangkan nilai t tabel pada taraf kepercayaan 95% adalah 2,021 (db: 38) berarti nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima, maka rata-rata total biaya variabel yang dikeluarkan oleh kedua petani responden adalah sama atau tidak ada perbedaan. Dan rata-rata total cost petani jaring Rp 28.994.647/Ha lebih besar, karena biaya untuk sarana produksi berupa pupuk dan tenaga kerja tinggi, sedangkan petani non jaring yang besar dari segi biaya pestisida sebesar Rp 28.715.244. Dari analisis statistik diperoleh nilai t hitung sebesar 0,056 sedangkan nilai t tabel pada taraf kepercayaan 95% adalah 2,021 (db: 38) sehingga nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima artinya rata-rata biaya total produksi yang dikeluarkan oleh petani jaring tidak ada perbedaan dengan petani non jaring. Dari rata-rata penerimaan petani jaring sebesar Rp 55.208.249/ha dan hasil produksi sebesar 9.410,71Kg/ha, se-dangkan petani non jaring rata-rata penerimaan sebesar Rp 55.017.191/ha dan rata-rata hasil produksi sebesar 8.445 Kg/ha, dengan rata-rata harga bawang merah di tingkat petani antara Rp 5.955-Rp 6.050, baik petani sistem jaring maupun non jaring. Sedangkan dari hasil analisis statistik diperoleh nilai t hitung sebesar 0,043 sedangkan nilai t tabel pada taraf kepercayaan 95% adalah 2,021 (db: 38) jadi nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima, maka tidak terdapat perbedaan penerimaan antara petani jaring dengan petani non jaring. Hal ini dikarenakan jumlah produksi yang dihasilkan rata-rata sama dari kedua responden dengan harga yang juga relatif sama. Adapun rata-rata pendapatan petani jaring sebesar Rp 26.213.602/ha dan petani non jaring sebesar Rp 26.289.447/ha. Dari hasil pendapatan sudah dapat disimpulkan bahwa keuntungan petani jaring dan petani non jaring adalah sama. Dari hasil uji beda dengan analisis komparasi diperoleh nilai t hitung sebesar 0,022 sedangkan t tabel pada taraf kepercayaan 95% adalah 2,021 (db: 38) jadi nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima, maka tidak ada perbedaan antara petani jaring dan petani non jaring, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan kedua petani responden sama karena banyak faktor yang menentukan mengenai kelebihan dan kekurangannya dalam berusahatani bawang merah. Diketahui bahwa efisiensi usahatani bawang merah yang menerapkan sistem jaring adalah R/C ratio 4,42, karena R/C ratio (>1), sedangkan petani non jaring adalah R/C ratio 5,83 karena nilainya (>1), maka dapat disimpulkan kedua petani jaring dan non jaring sama-sama efisien dan menguntungkan untuk dikem-bangkan sebagai komoditi holtikultura yang menjanjikan keuntungan.