ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI UNTUK MENILAI EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA INDUSTRI GENTENG BIMA KEDUNGGEBANG BANYUWANGI
Main Author: | Wicaksono, Bayu Tri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2006
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.umm.ac.id/11288/1/ANALISIS_PENGENDALIAN_BIAYA_PRODUKSIUNTUK_MENILAI_EFISIENSI_BIAYA_PRODUKSIPADA_INDUSTRI_GENTENG_BIMA_KEDUNGGEBANGBANYUWANGI.pdf http://eprints.umm.ac.id/11288/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini bersifat studi kasus dilakukan pada Industri Genteng BIMA Kedunggebang Banyuwangi dengan judul “Analisis Pengendalian Biaya Produksi untuk Menilai Efisiensi Biaya Produksi pada Industri Genteng BIMA Kedunggebang Banyuwangi”. Tujuan penelitian ini adalah menggunakan analisis pengendalian biaya produksi untuk menilai efisiensi biaya produksi pada Industri Genteng BIMA Kedunggebang Banyuwangi. Dari hasil analisis dapat dinilai perusahaan tidak efisien dalam pengeluaran biaya-biaya produksi pada tahun 2004. Adapun ketidakefisienan perusahaan dapat diketahui sebagai berikut: 1) Selisih biaya bahan baku tidak menguntungkan. Selisih harga pembelian ini timbul disebabkan adanya kenaikan harga atas pembelian bahan baku dari pihak suplier atau penyedia bahan baku. Sedangkan untuk selisih kuantitas pemakaian, karena pada tahun tersebut perusahaan menerima pesanan langsung dari pelanggan sehingga perusahaan melebihi produksi yang dianggarkan. 2) Selisih biaya tenaga kerja langsung mengalami selisih tidak menguntungkan. Selisih tarip upah (unfavorable) disebabkan pada bulan november menjelang Natal, tahun baru dan bulan Ramadhan serta kebijakan dari pemerintah yang akan menaikkan harga BBM, atas permintaan karyawan dan persetujuan perusahaan, disetujui kenaikan tarip. Sedangkan selisih efisiensi (unfavorable) disebabkan dari hasil produksi melebihi yang dianggarkan pada produksi genteng Karangpilang, dan karena upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung berdasarkan hasil produksi sehingga tarip upah yang dibayarkan menjadi lebih besar. 3) Selisih biaya overhead pabrik menunjukkan selisih rugi disebabkan produksi yang lebih dalam menghasilkan produk khususnya genteng Karangpilang, berdampak perusahaan memakai tambahan waktu mesin. Dengan pemakaian tambahan waktu tersebut juga berdampak pada kenaikan biaya-biaya variabel seperti; untuk reparasi dan pemeliharaan mesin, pemeliharaan peralatan pabrik, telepon, air, bahan bakar solar, bahan bakar kayu dan sabut kelapa, sehingga pemakaian biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya menjadi lebih besar dari yang dianggarkan. Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat mengimplikasikan bahwa: 1) Tidak ada tindakan korektif diperlukan untuk selisih harga bahan baku, karena perusahaan tidak mempunyai kendali terhadap kenaikan harga bahan baku, secara sederhana perusahaan hanya tinggal menunggu kondisi pasar membaik. Untuk selisih penggunaan bahan baku diakui perusahaan sebagai selisih yang dapat ditoleransi. 2) Tindakan korektif untuk pengendalian biaya tenaga kerja langsung adalah dengan menggunakan tarip yang baru sebagai standar untuk pembayaran upah tenaga kerja langsung pada periode berikutnya. 3) Berdasarkan catatan akuntansi perusahaan, menunjukkan tidak ada masalah untuk pengendalian overhead di perusahaan karena dipengaruhi oleh keputusan perusahaan menerima pesanan langsung dari pelanggan. Selisih ini oleh perusahaan dibebankan sebagai penambah harga pokok penjualan.