KAJIAN KELEMBAGAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI DALAM PROGRAM KEMITRAAN DI KPHP WAY TERUSAN
Main Authors: | Elva, Elva, Kaskoyo, Hari, Gumay Febryano, Indra, Budi Yuwono, Slamet |
---|---|
Format: | Article info application/pdf Journal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Lambung Mangkurat University-Indonesia
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jht/article/view/4049 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jht/article/view/4049/3686 |
Daftar Isi:
- KPH is one solution to the problems of degradation and deforestation in almost the forests in Indonesia. However, in its development KPH have constraints in the institutional development of farmer groups that manage land in the areas through partnership programs. Interest of this study was to examine institutional Farmers Group Association (Gapoktan) in KPHP Way Terusan. The data collection was done by interview, and then analyzed descriptively. The results shown that the process of farmer group (KTH) formation was a response from the partnership program so that farmer didn’t fully understand the direction and aims of KTH establishment. The implementation of the rules in the form of AD/ART didn’t fully done yet because both the board and the members were not involved in the formulation of AD/ART. Farmers believe that the board of KTH able to help the farming development to improve the welfare of the community. Capacity building needs to be done through counseling and training to Gapoktan and farmer groups to become stronger and independent.KPH merupakan salah satu solusi terhadap permasalahan degradasi dan deforestasi yang terjadi di hampir seluruh wilayah hutan di Indonesia. Namun, dalam praktiknya KPH mengalami kendala yaitu pengembangan kelembagaan kelompok tani yang mengelola lahan di wilayahnya melalui program kemitraan. Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah untuk mengkaji kelembagaan Gabungan Kelompok Tani di KPHP Way Terusan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses terbentuknya KTH merupakan respon dari program kemitraan sehingga masyarakat belum memahami sepenuhnya arah dan tujuan dibentuknya KTH. Implementasi aturan main dalam bentuk AD/ART belum sepenuhnya dilakukan karena baik dari pengurus maupun anggota tidak dilibatkan dalam pembentukan AD/ART. Masyarakat percaya bahwa pengurus KTH dapat membantu mengembangkan usaha tani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kapasitas masyarakat perlu dilakukan melalui penyuluhan dan pelatihan agar Gapoktan maupun kelompok tani menjadi lebih kuat dan mandiri.