Pola Komunikasi Antarbudaya masyarakat lintas agama dalam menciptakan harmoni di Desa Bagoang Bogor

Main Authors: ILYAS, iSMAIL ( PEMBIMBING ), ENDAH, Dewi Cahyani
Format: Book
Bahasa: ind
Terbitan: Fak. Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi , 1439
Subjects:
Online Access: http://opac.fidkom.uinjkt.ac.id//index.php?p=show_detail&id=8708
Daftar Isi:
  • Jika pada umumnya suatu daerah ditempati oleh adat atau suku yang sama, lainhalnya dengan Desa Bagoang. Masyarakat di Bagoang memiliki beragam budaya danagama, diantaranya suku sunda dan tionghoa yang terbagi dalam tiga penganut agamayaitu islam katholik dan konghucu. Keragaman tersebut tak menyurutkan Desa Bagoangsebagai desa yang memiliki nilai toleran yang tinggi. Oleh karenanya, penelitian inidilakukan untuk lebih menjelaskan bagaimana harmoni antara masyarakat dapat terjalin.Berdasarkan konteks diatas tujuan penelitian ini ialah untuk menjawab pertanyaaninti dan turunan. Adapun pertanyaan mayornya ialah, bagaimana masyarakat antarbudayadan lintas agama menciptakan harmoni di Desa Bagoang. Adapun pertanyaan turunannyaialah bagaimana gambaran masyarakat di Desa Bagoang, Bagaimana pola komunikasimasyarakat di Desa Bagoang, Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalammenciptakan harmoni antarbudaya dalam masyarakat lintas agama di Desa Bagoang.Dalam penelitin ini, peneliti akan lebih membahas mengenai Face NegotiationTheory yang dikembangkan oleh Toomey. Teori ini menjelaskan perbedaan-perbedaanbudaya dalam merespon konflik. Lebih jelasnya, Ting Toomey menggambarkan teori inimengenai bagaimana peranan wajah dan identitas dalam komunikasi antarbudaya,terutama dalam situasi memecahkan masalah.Masyarakat mengelola keharmonisan diantara mereka terlihat dari bagaimanamereka memecahkan suatu masalah dan faktor-faktor yang akan menjadi penghambat danpendukung didalamnya. Karena perilaku yang berbeda diantara masyarakat dalammenyikapi masalah dapat menimbulkan gaya komunikasi antarbudaya yang berbeda pula.Pada penelitian ini, penulis merumuskan teori mengenai bagaimana harmoni dapatterjalin diantara masyarakat melalui menejemen konflik kehidupan antarbudaya dalambudaya kolektivis yang didalamnya membahas mengenai avoiding atau cara menghindarikonlik, compromising yakni mencari jalan tengah, obliging yakni mengalah pada lawan,Avoiding yaitu menghindari konflik, sedangkan integrating ialah mengikutsertakan pihaklain dan Third Party Help yaitu penanganan konflik dengan bantuan pihak ketiga.Masyarakat Desa Bagoang menjalin keharmonisan dan menjunjung rasa hormat dantoleran yang tinggi terhadap suku maupun penganut agama lain. Karena rasapersaudaraan yang tinggi dan menejemen konflik yang baik. Selain itu rasa kekeuargaandan sikap yang bersama-sama dan bersatu dalam memecahkan konflik membuatmasyarakat Desa Bagoang menjadi masyarakat yang makmur tanpa konflik yangberkepanjangan.Di Desa Bagoang komunikasi yang terjalin antara masyarakat yang berbeda sukudan agama begitu sering. Tidak ada jarak ataupun pemisah yang membedakan mereka.Pola komunikasi yang terjalin dalam menciptakan harmoni yaitu dengan cara berundingatau kompromi, yakni mencari jalan tengah dalam sebuah masalah dan menghindarikonlik diantara salah satu pihak, agar masalah tidak berkepanjangan. Tidak sedikit faktoryang menentukan terhambat dan tidaknya pemecahan suatu permasalaan yang untukmenciptakan harmoni. Karena dalam menciptakan harmoni sendiri memilikiketergantungan situasi yang berbeda-beda maupun masyarakatnya.Kata Kunci : desa, bagoang, harmoni, dan masyarakat
  • 69 hlm.