PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA ( STUDI KASUS DI PULAU JAWA DAN MADURA )
Daftar Isi:
- Rute terpendek bukan merupakan istilah yang baru. Cukup beralasan kalau kebanyakan orang langsung mengaitkannya dengan peta analog ketika mendengar istilah tersebut. Karena data yang disertakan peta analog cukup memadai untuk melakukan pencarian rute terpendek. Namun permasalahannya akan semakin rumit jika dihadapkan dengan jumlah kota dan jalan penghubung yang banyak seperti di pulau Jawa dan Madura mengingat metode yang lazim digunakan adalah coba-coba. Bertitik tolak dari teori graf, seorang profesor dari Universitas Eindhoven yang lahir di Belanda bernama Edsger W. Dijkstra menemukan algoritma yang efisien untuk mencari rute terpendek. Algoritma tersebut kemudian dikenal dengan nama algoritma Dijkstra. Posisi kota-kota dan jalan yang menghubungkannya direpresentasikan dalam bentuk graf berbobot. Posisi kota-kota dianggap sebagai simpul sedangkan jalan antar kota dianggap sebagai rusuk atau sisi. Bobot rusuk adalah jarak antara dua buah kota yang terhubung langsung. Walaupun algoritma Dijkstra mampu menyelesaikan masalah pencarian rute terpendek, namun dalam penggunaannya tetap membutuhkan alat bantu. Saat ini, alat bantu yang tepat adalah komputer dengan dukungan program yang mengimplementasikan algoritma tersebut. Dengan demikian, kecepatan proses dan keakuratan informasi yang diperoleh tetap terjamin.