Hubungan Tingkat Kesepian dengan Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia di PSTW Yogya Unit Budi Luhur Kasongan Bantul

Main Author: Ardianto, Helga Dwi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://opac.unisayogya.ac.id/73/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
http://opac.unisayogya.ac.id/73/
http://lib.say.ac.id
Daftar Isi:
  • Latar belakang: Masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia adalah kesepian. Kesepian yang dialami oleh lansia mempunyai dampak yang cenderung menyebabkan berbagai masalah seperti depresi, keinginan bunuh diri, sistem kekebalan menurun, dan gangguan tidur. Insomnia merupakan gangguan tidur yang mempengaruhi kualitas hidup dan berhubungan dengan angka mortalitas yang lebih tinggi, salah satu penyebab insomnia pada lansia antara lain adalah faktor kesepian yang dialaminya akibat ditinggal pasangannya, dimasukan ke panti oleh keluarganya dan lain-lain. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kesepian dengan kejadian insomnia pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian korelasional kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh penghuni PSTW Yogya unit Budiluhur Kasongan Bantul, sejumlah 87 responden. Sampel diambil dengan purposive sampling, sejumlah 72 responden. Teknik analisis menggunakan chi square. Hasil penelitian: Hasil penelitian didapatkan tingkat kesepian sebagian besar kategori ringan, yaitu 36 responden (50,0%). Kejadian insomnia adalah sebesar 8 responden (11,1%). Ada hubungan yang signifikan tingkat kesepian dengan kejadian insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur, dengan nilai ? sebesar 9,793 dan p sebesar 0,007 (p < 0,05). Simpulan dan saran: Ada hubungan tingkat kesepian dengan kejadian insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Oleh sebab itu, disarankan kepada petugas Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dapat mengidentifikasi penghuni panti yang mengalami kesulitan dan kemudian dilakukan konseling melalui pelayanan psikis untuk mengatasinya, sehingga dapat mengurangi risiko kejadian insomnia.