KONSEP TAKDIR MENURUT FAZLUR RAHMAN & RELEVANSINYA TERHADAP KEHIDUPAN KONTEMPORER

Main Author: Albar Muhammadin Ramadhan,
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.syekhnurjati.ac.id/8100/1/AWALAN%20DLL.pdf
http://repository.syekhnurjati.ac.id/8100/2/BAB%20I.pdf
http://repository.syekhnurjati.ac.id/8100/3/BAB%20V.pdf
http://repository.syekhnurjati.ac.id/8100/4/DAPUS.pdf
http://repository.syekhnurjati.ac.id/8100/
Daftar Isi:
  • Pembahasan mengenai takdir masih terus terjadi bahkan menjadi topik perdebatan yang panas dalam setiap wacana teologi Islam, sehingga para ulama kalam telah mencetuskan beberapa rumusan serta beberapa definisi di seputaran ruang lingkup takdir itu sendiri. Biasanya, ulama kalam memiliki dua sudut pandang yang berbeda. Kedua pandangan tersebut adalah pertama, para ulama menitik beratkan bahwasanya manusia bebas dan mampu untuk melakukan kehendaknya, menurut mereka Tuhan telah memberikan manusia ketidak terbatasan untuk memilih kehendaknya. Kajian ini memang termasuk dalam ruang lingkup teologis, akan tetapi metode pendekatan yang akan peneliti aplikasikan ialah pendekatan kualitatf dengan menggunakan metode hermeneutika Double Movement atau gerakan ganda yaitu langkah pertama dengan menggunakan Sosio-Historis. Dalam langkah ini hal yang dilakukan adalah dengan membaca teks itu diturunkan. Lalu langkah kedua yaitu adalah kontekstual. Dengan demikian Fazlur Rahman merumuskan bahwa takdir Tuhan sebelum turunnya Al-Qur’an adalah Qadar yang dalam bentuk jamaknya (Aqdar) diartikan sebagai “takdir”, sebuah kekuatan buta yang “mengukur” atau menetpkan hal-hal yang tak dapat dikendalikan oleh manusia, terutama sekali sehubungan dengan kelahiran, rezeki dan mati. Inilah sebuah keyakinan yang pesimis, tetapi keyakinan ini tidak menyatakan bahwa takdir telah menetapkan setiap amal perbuatan manusia. Relevansi konsep takdir Fazlur Rahman dengan Kehidupan manusia kontemporer, sebagai materi keimanan adalah keyakinan adanya kebebasan manusia dalam berbuat dengan konsekuensinya masing-masing. Makin besar keyakinan akan adanya potensi dan kebebasan untuk berbuat bagi kehidupan kontemporer akan menumbuhkan apa yang dinamakan motivasi intrinsik. Motivasi intrisik adalah perasaan menyenangi materin dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan masyarakat kontemporer itu sendiri.