Tatalaksana Dermatomikosis pada Pasien Morbus Hansen dengan Reaksi Reversal

Main Author: Anggraini, Dwi Indria; Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung , 2015
Subjects:
Online Access: http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/634
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/634/638
Daftar Isi:
  • Penggunaan steroid jangka panjang pada pasien morbus Hansen dengan reaksi reversal dapat menimbulkan penekanan sistem imun sehingga lebih mudah mencetuskan dermatomikosis superfisialis. Terdapat berbagai pilihan terapi dermatomikosis. Perlu tatalaksana yang tepat pada pasien dengan reaksi reversal yang menderita infeksi jamur agar morbiditas cepat teratasi. Laporan kasus ini menunjukkan keberhasilan terapi dermatomikosis luas pada pasien Morbus Hansen dengan reaksi reversal. Pasien laki-laki berusia 36 tahun dengan bercak merah yang makin meluas dan terasa gatal terutama saat berkeringat atau panas di kedua lipat paha dan bawah pusar sejak dua bulan yang lalu. Timbul juga keluhan bercak putih, bersisik, tidak baal di kedua lengan dan punggung sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sudah berhenti dari terapi morbus Hansen sejak sekitar dua tahun lalu. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang ditegakkan diagnosis tinea fasialis, korporis, et kruris, pitiriasis versikolor, dan morbus Hansen tipe borderline lepromatosa release from treatment dengan reaksi reversal. Terapi yang diberikan selama dua minggu berupa terbinafin tablet 250 mg/hari dan sampo ketokonazol 2% dioleskan ke seluruh tubuh kecuali wajah dan genitalia 1 kali per hari selama 10 menit sebelum mandi. Selain itu, tatalaksana linen infeksius dan menjaga higiene. Hasil evaluasi dua minggu pasca terapi, pasien dinyatakan sembuh berdasarkan klinis dan laboratoris. [JuKe Unila 2015; 5(9):48-53]