Peranan tokoh agama dalam sistem birokrasi kesultanan Banten abad XVII

Main Author: Muhammad Nandang Sunandar
Other Authors: Budi Sulistiono
Format: Masters
Bahasa: ind
Terbitan: Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta
Subjects:
Online Access: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/44928
Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa peranan tokoh agama dalam sistem birokrasi Kesultanan Banten abad XVII, dengan menggunakan sumber dan data–data sejarah masa lalu, baik bukti–bukti arkeologis yang ada dan melalui berbagai ilmu pendekatan. Banten sebagai kerajaan bercorak Islam, posisi tokoh agama (Ulama) memiliki kedudukan sosial tertinggi setelah Sultan di dalam Kesultanan Banten. Para tokoh agama menjadi perpanjangan tangan dari Sultan bahkan mereka menjadi guru spiritual para Sultan dan memberikan masukan serta restu. Data hasil penelitian ini menunjukan bahwa tokoh agama dalam sumber lokal, diantaranya adalah Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin, Maulana Yusuf, Maulana Muhammad, Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir, Ki Pekih, Nyai Mas Eyang, Entol Kawista, Santri Betot, Sayid Alli, Abul Nabi, Haji Salim, Kiyai Gula Geseng, dan Ki Haji Abbas. Di samping itu ada juga tokoh lain di dalam sejarah Banten yang tidak terekam di dalam sumber lokal, tetapi peranannya sebagai tokoh agama cukup penting yaitu Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Haji, Syeikh Yusuf al-Makassary, dan Kyai Tapa. Tokoh agama selain mempunyai peranan penting dalam menjalankan birokrasi pemerintahan juga bertindak sebagai Qadi dan penasehat Sultan di Banten. Baik urusan pemerintahan atau keagamaan. Selain itu tokoh agama menangani kasus-kasus perkara yang terjadi di Kesultanan, dengan mengedepankan hukum Islam dan adat yang berlaku di Kesultanan Banten. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Sejarah yang melalui beberapa tahapan yaitu, pertama Tahapan Heuristik (verifikasi), kedua Tahapan Kritik, ketiga Tahapan Interpretasi, keempat Tahapan Historiografi. Kemudian penulisan ini menggunakan pendekatan filologi dengan menelusuri dan mengkaji sumber-sumber naskah yang sejaman, arkeologi dengan melakukan observasi dan penelitian terhadap benda-benda peninggalan bersejarah yang masih ada, dan antropolgi dengan mempelajari sisa-sisa tradisi dan adat budaya yang masih ada secara turun temurun tentang pemahaman keislaman di Banten.