Upaya Diplomasi Qatar Dalam Mempertahankan Status Quo Tuan Rumah Piala Dunia 2022
Main Author: | Muhammad Idham Cholid |
---|---|
Other Authors: | Robi Sugara |
Format: | bachelorThesis |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
FISIP UIN Jakarta
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/41367 |
Daftar Isi:
- Skripsi ini bertujuan menganalisis Diplomasi Qatar dalam mempertahankan status quo tuan rumah Piala Dunia 2022 untuk periode 2010-2013. Skripsi ini juga membahas strategi yang dilakukan Qatar dalam memperbaiki citranya pasca penetapan bidding yang diduga merupakan hasil sebuah rekayasa politik dalam persepakbolaan dunia,terlebih kasus HAM yang yang menimpa para pekerja migran di Qatar,hak tersebut kian memperburuk citra Qatar pada dunia internasional sebagai pemenang tuan rumah Piala Dunia 2022. Adapun strategi yang digunakan yaitu, Kepentingan nasional, Rational Choice, dan Diplomasi Kebudayaan. Qatar memang bukan negara dengan budaya sepakbola yang baik, terlebih peringkat Qatar pada FIFA berada pada posisi 88 dari 212 anggota. Namun Qatar mampu memposisikan dirinya sebagai investor besar dari segi olahraga khususnya sepakbola. Pasca penetapan bidding oleh FIFA 2010, Qatar banyak dikaitkan dengan berbagai masalah, seperti masalah cuaca yang sangat panas, keamanan hingga HAM. Terkait dengan HAM, banyak para migran yang berasal dari Asia Barat seperti India, Bangladesh dan Nepal, mereka tidak mendapatkan perlakuan yang baik seperti pengerjaan waktu kerja yang begitu overtime hingga penempatan rumah sementara yang tidak manusiawi berdasarkan data dari Amnesty Internasional. Hal tersebut lantas direspon cepat oleh Qatar yang dianggap mengancam kepentingan nasionalnya. Dalam melakukan kebijakanya, Qatar lebih memilih soft diplomacy dalam bentuk diplomasi kebudayaan seperti penggunaan media mainstream Al Jazeera, dengan mengubah konten program yang lebih menghibur, adapun perusahaan Qatar juga turut andil bagian seperti Qatar Foundation yang menggelontorkan dana besar untuk membangun citra Qatar melalui bantuan finansial kepada klub bola Eropa, maupun dengan penyelenggaraan Moto GP Lossail pada 2013 demi menutupi masalah HAM yang mengaitkannya. Secara Rational Choice, Qatar telah memilih soft diplomacy dengan alasan situasi yang damai serta tujuanya adalah pengakuan melalu sarana Olahraga maupun bantuan ekonomi. Terlihat bahwa Qatar telah mengeluarkan dana sebesar 200 Milyar U$ untuk mempersiapkan negaranya sebagai tuan rumah Piala Dunia. Prestige yang tinggi juga dalam rangka membentuk identitas nasional membuat Qatar sangat berambisi untuk menggelar acara piala dunia pada 2022.